Lihat ke Halaman Asli

Ardi Wijaya

Hadir dan Mengalir

Menggali Jejak Sejarah, Menyongsong Masa Depan Indonesia Maju

Diperbarui: 1 November 2019   14:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sejarah mengukir ide serta gagasan beberapa tokoh bangsa yang dengan penuh ketulusan serta semangat juang tanpa pamrih memproklamirkan kemerdekaan sebuah negara bangsa yang setelah sekian lama dibelenggu oleh imperialisme. Momentum ini adalah akumulasi dari perjuangan bangsa Indonesia untuk memisahkan diri dari kolonialisme. Narasi panjang perjuangan menuju terwujudnya ide tersebut memiliki latar belakang historis yang diperankan oleh tokoh bangsa yang memiliki jiwa patriotik. Ada keringat dan air mata para pejuang yang bercucuran, ada darah para pejuang yang membasahi bumi pertiwi dalam cita-cita mewujudkan Indonesia merdeka.

 Imajinasi yang dilandasi oleh pandangan kuat, menumbuhkan inisiatif membentuk sebuah negara yang di dalamnya bernaung beragam suku, bahasa, dan budaya lokal hingga kemudian melebur dalam satu kesatuan kebangsaan dengan mengikrarkan satu tekad yang sama yaitu berbahasa satu, berbangsa satu, dan bertanah air satu yaitu tanah air Indonesia.

Perjalan panjang menjadi sebuah bangsa telah melalui dimensi waktu, tidak terasa 74 tahun telah dilewati bersama dengan penuh suka dan duka. Tumbuh dalam dinamika proses yang dinamis hingga melahirkan generasi penerus peradaban, maka hendaknya kita semua sebagai pewaris sekaligus penikmat ide kemerdekaan tersebut dapat mengambil bagian untuk mengimplementasikan ide besar para pendahulu yang telah digagas dengan penuh optimisme bahwa kedepannya Indonesia akan menjadi negara yang mampu berkompetisi dalam dunia internasional.

Ekspektasi menjadi bangsa besar tentu tidak mudah, banyak rintangan dan permasalahan kompleks   yang menjadi hambatan. Jika Merujuk pada data yang dilakukan oleh Survei Indobarometer pada bulan april 2017 ada beberapa pokok persoalan yang dihadapi oleh Indonesia, diantaranya adalah:

  • Korupsi

Dalam bukunya yang berjudul Korupsi Dalam Silang Sejarah Indonesia: Dari Daendels (1808-1811) sampai Era Reformasi Peter Carey mengemukakan bahwa korupsi telah terjadi dalam kurun waktu yang sangat lama, perang Jawa yang terjadi pada kisaran tahun (1825-1830) masehi juga disebabkan oleh korupsi. Akar dan struktur korupsi kontemporer Indonesia tidak hanya dimulai dari sejak republik berdiri, namun sudah mulai terbentuk pada era kekuasaan Daendels di Jawa.

Oleh karena itu, masalah korupsi adalah kejahatan klasik yang sampai saat ini terus menghantui kehidupan dalam konteks berbangsa dan bernegara. Kekhawatiran menyelimuti melihat media informasi tanah air yang hampir setiap saat didominasi oleh berita mengenai korupsi yang terus dilakukan oleh sebagian elit kita. Dari penyelewengan kebijakan yang dilakukan rasanya cukup jika dialokasikan membiayai fasilitas publik berupa kebutuhan pendidikan dan membangun infrastruktur yang dapat dinikmati oleh masyarakat,  lebih jauh hal ini memiliki dampak buruk atas stigma terbentuknya kerangka psikologi masyarakat yang menaruh rasa pesimisme serta krisis kepercayaan kepada pemimpinnya.

Pada bagian ini kita dapat menyoroti mengenai problem moral yang tidak dimiliki oleh sebagian elit yang memiliki peran mengelola kekuasaan. Jika dulu tokoh bangsa kita sering bertukar fikiran dalam ruangan tertutup, ide tersebut kemudian diimplementasikan untuk kebutuhan publik,  buah dari kebijakannya dapat menyentuh hampir seluruh komponen masyarakat secara universal. Hal ini sangatlah kontras jika dibandingkan dengan lakon sebagain elit politik saat ini yang ide primadonanya digaungkan pada khalayak umum, tetapi disisi lain untuk mewujudkan hal tersebut disepakati di dalam ruangan sepi dan punya potensi untuk menjalin komunikasi yang berbasis pada kepentingan individu demi tujuan untuk menguntungkan diri sendiri.

Seperti inikah kondisi kebatinan berbangsa dan bernegara kita, degradasi moral yang sangat merosot terus ditunjukan oleh sebagian elit politik kita, kemerosotan ini telah menyentuh bagian terkecil dalam  segmen kehidupan  bermasyarakat.

Tidak salah jika kita menggali kembali nilai-nilai moral pahlawan bangsa Mohammad Hatta yang merupakan sosok pemimpin yang dikenal memiliki kemampuan intelektual dan selalu mengedepankan kejujuran, serta komitmen melawan korupsi. Bung Hatta telah menanamkan standar moral yang tinggi sebagai pijakan bagi generasi pewarisnya, seorang pemimpin yang sederhana yang mampu mengayomi dan patut untuk dijadikan teladan oleh semua generasi pelanjut peradaban.

  • Masalah Ekonomi

Dapat dibenarkan bahwa hingga saat ini masalah ekonomi masih sangat dominan. BPS merilis data, dengan persentase penduduk miskin per Maret 2018 sebesar 9,82 persen atau setara 25,95 juta orang. Jika dirinci, persentase penduduk miskin di kota 7,02 persen sementara di desa 13,20 persen. Hal ini menunjukan bahwa tingginya tingkat kemiskinan di desa belum bisa terjawab dengan kebijakan ekonomi yang dialokasikan sampai pada tingkat terkecil. Implementasinya belum sepenuhnya  efektif dan efisien untuk menjawab problem mendasar perekenomian Indonesia.

Gagasan perekonomian Indonesia yang tertuang dalam
Pasal 33 Ayat 1 "Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan" dan dipertegas kembali pada Pasal 33 Ayat 4 "Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional". 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline