Lihat ke Halaman Asli

Cerita Kita di Balik Kotak Suara, Tugas KPPS dan Jam Kerja yang Melampaui Batas

Diperbarui: 21 April 2019   08:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada Duka di Balik Penyelenggaraaan Pemilu 2019. Turut berduka cita atas berpulangnya 12 petugas Kpps warga Jabar saat melaksanakan tugas mengawal perhelatan demokrasi 2019.

Diinformasikan bahwa penyebab utama meninggal ke 12 petugas itu di disebabkan kelelahan intens. Semoga amal ibadah mereka diterima di sisi Allah dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan dan kesabaran. Aamiin yaa robba'alaamiin.

Sedih. Itulah yang saya rasakan saat mendengar berita duka itu. Semoga jasa-jasa mereka menjadikan demokrasi indonesia makin maju dan sempurna serta berpulangnya mereka meninggalkan hikmah agar KPU bisa berbenah dan meninjau kembali sistem teknis dalam pemilu periode berikutnya.
______

Saya merasakan sendiri bagaimana beratnya tugas yang harus diemban. Bahkan kami sebelum hari-H sudah harus begadang, menyiapkan logistik, pembagian tugas, gladi resik, diskusi mengenai ini-itu dan tetekbengek lainnya. Bimtek tidak masuk hitungan.

Dari pagi sudah dikebut, memburu waktu. Kami yang hanya terdiri tujuh orang termasuk pak ketua di tambah dua LINMAS harus berjibaku meladeni DPT yang berjumlah 258 (sesuai surat suara) satu orang harus dobel kerjanya termasuk saya. Rasanya sesak napas, detik menit merambat cepat.

Makin siang warga bertambah banyak berkumpul di sekitar TPS. Mengantri setelah menyerahkan formulis C6 pada petugas pendaftaran. Cuaca panas, beberapa pemilih tampak tak sabar menunggu. Bahkan ada yang memilih pulang karena capek dan bosan namanya tak kunjung di panggil.

Pak ketua tampak gusar, beberapa kali memeriksa jam tangannya. Saya maklum, menurut peraturan, pencoblosan harus selesai tepat pukul 13.00. Sedangkan surat suara masih menumpuk.

Salah satu yang menjadi penyebab lamanya proses pencoblosan adalah durasi setiap pemilih di bilik suara lebih lama dari yang diperkirakan. Apa daya, slogan"bisa diper-quick" tidak berlaku.

Rata-rata pemilih di tps kami adalah sepuh alias lansia. Jangankan disuruh cepat-cepat, membuka dan melipat surat suara pun mereka tampak bingung dan panik. Ya, apa mau dikata selain membiarkan proses berjalan apa adanya, sesuai prosedur alam.

Belum lagi dua petugas kpps saya dan rekan saya harus melakukan pencoblosan di tps yang berbeda. Sebelum 'teng' pukul 13.00 saya dan rekan mohon izin sebentar untuk memberikan hak suara. Beruntung tps yang jaraknya 500m dari tempat kami masih setia menunggu. Lega rasanya.

Akhirnya, Prabowo -  Sandi bisa saya coblos.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline