Lihat ke Halaman Asli

Any Sukamto

Belajar dan belajar

Aku Ingin Lahir dari Rahim Puisimu, Menghanyutkan Rasa Melalui Karya Puisi

Diperbarui: 8 Juni 2020   21:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri


Puisi adalah sebuah seni tertulis, yang merupakan karya sastra seseorang dalam menyampaikan pesan melalui diksi dan pola tertulis. Puisi juga merupakan curahan isi hati seseorang yang membawa orang lain masuk ke dalam keadaan hatinya. Pembuatnya disebut penyair.

Mengutip dari Wikipedia, dalam menciptakan sebuah puisi seorang penyair harus menggunakan bahasa untuk menambah kualitas estetis pada makna simantis, sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), puisi adalah; 


1.Ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, rima, matra dan penyusunan bait dan larik.


2.Gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama dan makna khusus.


3.Sajak

Perbedaan puisi dan prosa terletak pada penekanan segi estetik suatu bahasa dan penggunaan pengulangan rima. Namun hal ini masih jadi perdebatan.

Pandangan kaum awam, perbedaan antara puisi dan prosa terletak pada jumlah huruf dan kalimat dalam karya tersebut. Puisi lebih singkat dan padat sedang prosa lebih mengalir seperti mengutarakan cerita.

Buku "Aku Ingin Lahir dari Rahim Puisimu" yang diterbitkan oleh Edulitera ini memuat hampir 100 karya puisi dan prosa. Dengan tebal 185 halaman, Ikhlas El Qasr, yang juga Kompasianer berbakat ini, mengumpulkan karyanya dalam satu buku. Penulis muda ini  ingin mengungkapkan isi hatinya melalui bahasa yang indah, sederhana tetapi sempurna dan menyentuh.

Sebagai pengantar, Mim Yudiarto yang juga seorang penulis menyatakan bahwa penulis buku yang berasal dari kota intan ini merupakan penyair yang begitu kesepian tetapi tidak sadar bahwa ia sendiri adalah pusat keramaian.

Tergambar jelas dari puisi-puisinya yang menjadi kan angin dingin sebagai tempat duduk agar bisa menuliskan panasnya angin, menanam setangkup rindu yang dibiarkannya membesar melebihi besarnya rahasia pegunungan Meratus, lalu menyepi di pinggir jalan bersama sajak-sajaknya yang setajam kaktus.

Pengantar lain disampaikan oleh Anis Hidayati, denting hati yang berderak, mengumpulkan asa-asa tentang keinginan tersimpan. Ada begitu dalam rindu pada pemilik rahim yang sesungguhnya. Juga untuk yang telah lama terlibat menjadi ibu tanpa pernah tahu rupa sesungguhnya.

Siapa saja perempuan yang pernah menjadi ibu, bisa dipastikan dia akan berdesir membaca bait-bait syahdu itu, menciptakan haru. Meriuhkan anak-anak rindu. Memeluk sepenuh kasih untuk dia yang mendamba helai jemari ibu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline