Lihat ke Halaman Asli

Saiful Anwar

Pengajar yang masih terus belajar. Tinggal di Pangkalpinang Bangka Belitung

Ekspedisi Menjemput Matahari di Laut Jebus

Diperbarui: 25 Oktober 2017   00:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumentasi pribadi

Betul. Saya senang dan bangga sebagai warga negara Republik Indonesia. Negara maritim dengan pesona lautnya yang luar biasa. Tak hanya pemandangannya,tapi juga 'isi'nya.

Bersama sahabat saya, Anggi dan kakak iparnya, kami bertiga menjemput matahari alias rekreasi alias mancing di laut Jebus, malam minggu lalu (21/10). Bagi saya, sebenar-benarnya rekreasi itu ya, mancing dan tentu saja selain tidur.

Mancing, tidak sekadar bagaimana mendapat ikan. Ada begitu banyak pelajaran yang bisa ditarik dari mancing. Mulai dari tali temali pancing, hubungan umpan dan destinasi pancingan, melihat dan meramal cuaca, arah mata angin dalam kegelapan dan sebagainya. Ah, ingin sekali saya menulis panjang-panjang soal mancing ini.

Hanya sekira setengah jam naik perahu bertenaga 18PK kami berhenti di tujuan pertama. "Kita cari umpan dulu," kata Bang Bidin, kakak ipar Anggi. Nama lengkapnya 'mungkin' Zainal Abidin. Sebab ada yang memanggilnya Kak Zain ada pula yang Kak Bidin. Saya lebih suka yang kedua. Tapi dengan 'Bang.'

Umpan yang dimaksut adalah sotong atau cumi. Hingga lepas maghrib, apolo kami belum disentuh sotong. Bang Bidin lantas ngajak pindah. Kami berdua sih, oke-oke saja.

Ada beberapa cara untuk mengetahui gugusan karang di bawah laut. Para pemancing jaman now menggunakan teknologi sonar atau GPS. Para pemancing jaman old, biasanya mengandalkan ujung dayung.

Begini cara kerjanya. Ujung dayung dicelupkan dalam air lantas ujung lainnya ditempelkan ke telinga. Dengar suara arusnya yang merambat melalui dayung. Maka kemudian ia akan tahu apakah di bawah mereka karang atau bukan, apakah yang seliweran ikan besar atau kumpulan ikan kecil.

"Kok bisa ya?"

Jangan tanya saya. Saya tentu saja tidak paham soal itu. Menurut saya, itu ilmu tingkat dewa sebab tak semua pemancing memiliki ilmu seperti itu.

Hari semakin malam saat kami tiba di 'alamat' yang kami tuju.

"Turunlah pancingnya," begitu perintah Bang Bidin. "Ikan Mayong (ikan manyung) banyak di bawah sana," lanjutnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline