Lihat ke Halaman Asli

Anton Putra

Penulis dan pembaca

Suka Duka Menerbitkan Buku

Diperbarui: 13 Oktober 2021   10:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Karena hobi membaca dan akhirnya mencoba menulis, saya akhirnya menerjunkan diri ke dalam dunia penerbitan.

Bersama seorang kawan, akhirnya berdirilah sebuah penerbitan kecil bernama bukukatta pada tahun 2004di Solo. Buku pertama yang kami terbitkan waktu itu adalah kisah hidup beberapa penulis ternama dunia, seperti Agatha Christie, O Henry, Enid Blyton, dan beberapa penulis ternama lainnya. 

Buku yang kedua adalah buku terjemahan, kumpulan cerita pendek O Henry. Buku yang terakhir ini saya terjemahkan bersama dua kawan kuliah. Ketika akan diterbitkan ulang sekitar tahun 2020, saat saya baca ulang lagi naskah terjemahannya, saya merasa kurang sreg dan merevisinya agar lebih bagus terjemahannya.

Bukukatta sempat masuk ke dalam distributor nasional, sehingga terbitannya bisa didapatkan di jaringan toko buku Gramedia. Untuk bisa ikut dalam distributor ini, maksimal buku yang dicetak adalah 3000 eksemplar. 

Mulanya semuanya berjalan lancar. Beberapa buku berhasil meraih penjualan yang lumayan bagus. Waktu itu saya membuat buku kisah tentang manga (komik Jepang) yang popular seperti Kungfu Boy, Doraemon, Candy Candy, dan lain-lain. 

Buku yang saya tulis dengan memakai nama pena Jepang, Okita Kakimasu ini berhasil mencapai cetakan ketiga. Karena keberhasilan inilah, akhirnya kami menerbitkan dua sequelnya. 

Namun, dua buku selanjutnya ini kurang berhasil di pasaran. Penyebabnya adalah setelah buku pertama terbit, mulailah banyak epigon atau pengikut yang menerbitkan buku sejenis. 

Sekitar tahun 2015, bukukatta sudah tidak masuk dalam distributor nasional, karena hasil terakhir beberapa buku tidak memuaskan. Akhirnya buku-buku yang tak laku itu diretur atau dikembalikan ke kami. Namun, karena hobi dan menyukai buku, penerbitan harus tetap jalan. 

Akhirnya kami tetap menerbitkan buku dengan oplah hanya 200 eksemplar. Jumlah ini adalah jumlah minimal cetak agar buku dapat dijual dengan harga yang masih terjangkau. Penjualan pun kini hanya melalui online dan titip ke beberapa kawan yang membuka lapak penjualan buku.

Kami tetap menerbitkan buku, terutama terjemahan karya-karya penulis dunia. Tentunya saya ikut berperan sebagai penerjemah. Beberapa buku sastra lama pun terbit dengan jumlah cetakan hanya 200 eksemplar. 

Penjualan dengan jangkauan terbatas membuat penjualan pun tidak terlalu memuaskan. Menjual 200 eksemplar buku tidaklah semudah yang kita bayangkan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline