Lihat ke Halaman Asli

Purbo Iriantono

Jalani inspirasi yang berjalan

Superwoman dan Penenggelaman Kapal

Diperbarui: 7 Agustus 2020   12:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

Penulis jadi tertarik, ketika ada penulis lain yang mempertanyakan efek jera dari upaya ibu Susi. Tapi sebelum penulis memaparkan pendapat kontra, ada baiknya kita tinjau dulu kondisi kesejarahan sebelum terjadinya keputusan kontroversial dari sang superwoman.

     Yang penting untuk digarisbawahi adalah bahwa sebelum ibu Susi mengeksekusi keputusan kontroversialnya, kondisi keamanan laut Nusantara bisa dibilang "blank" dan ini sangat mencemarkan harga-diri karena setiap negara meremehkan praktek hukum laut bangsa Indonesia. Mereka seenaknya memasuki wilayah satu negara maritim besar, seperti masuk ke wilayah bebas hambatan. Cukup dari fakta ini, pembaca akan simpulkan bahwa hukum laut Indonesia saat itu tidak bergigi (apalagi bertaring) alias ompong mlompong!

     Sang superwoman lalu berpikir, bagaimana caranya menegakkan kepala atau leher hukum laut Indonesia yang terlanjur disepelekan? Untuk orang rata-rata tanpa nyali, ya cukup dengan menegaskan keteguhan hukum lautnya. Semudah itu kah prakteknya?

     Dari pelajaran sejarah, kita tahu, bangsa ini bangsa yang paling "patuh dan menurut" juga mudah terpukau oleh teladan keheroikan. Tanpa teladan seperti itu, bangsa ini hanya akan selalu menunggu, mereka saling menunggu, meskipun seribu peraturan pelaksanaan telah ditegaskan. Mereka tak akan bergeming sebelum ada contoh konkrit, bahwa kita perlu dan harus menghargai martabat diri dan bangsa di atas nilai apapun, tidak peduli berapapun biayanya, tidak peduli sebesar apapun kerugiannya; tujuan utama adalah memulihkan harga-diri bangsa cq. hukum kelautan yang terlanjur terjun-bebas di mata pihak asing.

     Dari pelajaran manajemen kepemimpinan  praktis, kita belajar bahwa satu-satunya cara efektif yang layak ditempuh untuk memulihkan kepercayaan-diri bangsa cq. penegak hukum kelautan yang terlanjur tiarap adalah dengan contoh atau teladan sikap yang dapat menggetarkan nyali pihak asing. Jadi, ada dua sasaran yang dituju oleh sikap heroik sang superwoman, yakni kegoncangan di pihak asing yang selama ini meremehkan hukum laut nusantara, dan kedua memulihkan harga diri penegak hukum laut Indonesia yang sudah tiarap tanpa nyali dan dipenuhi mental korup. Dalam istilah psikologi, tindakannya dikenal sebagai "shock therapy" atau terapi kejut; yang biasanya ditujukan bagi penderita phobia.

     Dari dua pelajaran di atas, maka jadi tidak relevan bila tindakan beliau dinilai dari sudut hasil ekonomis atau dari sudut paska penenggelaman semata. Tujuan utama beliau adalah membukakan mata pada kenyataan bahwa kita bukan bangsa gembus atau tempe sebagaimana  yang selama ini mereka yakini dan diamini pula oleh penegak hukum laut saat itu. Jadi, perspektifnya jangan dibolak-balik seperti orang menggoreng tempe.

     Paska penenggelaman, banyak negara asing pencuri ikan mulai terperangah, dan penegak hukum laut kita pun mulai deh tumbuh sedikit-demi sedikit kepercayaan-diri, dan mulai berani menolak uang sogok. Inilah sasaran utama beliau sang super-woman, masalah setelahnya mereka kembali mencuri atau para penegak hukum laut mulai kurang percaya-diri lagi karena kenyamanan praktek sogok-menyogok, ya kelak perlu di shock therapy lagi. Atau, bila seorang Susi berani melakukan terobosan seorang diri, mengapa pimpinan penegak hukum tak ada yang berani tampil dengan semacam kejutan sekaliber beliau? Alih-alih mendistorsi peran besar sang superwoman? Ada apa?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline