Lihat ke Halaman Asli

Herman Deru, Penantang Paling Menantang

Diperbarui: 12 Oktober 2017   14:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok.pribadi

Memasuki bulan Oktober 2017 ini, nama-nama kandidat yang siap bertarung pada Pemilihan Gubernur Sumatra Selatan 2018 kian mengerucut. Berdasarkan perkembangan politik yang ada, Pilgub Sumsel diprediksi akan diikuti oleh tiga pasangan calon yang kemungkinan besar diusul oleh tiga poros dukungan, yakni PDI P - Golkar, PAN -- NasDem, dan Demokrat - Gerindra.

Pasangan pertama yang diprediksi akan maju, Dodi Reza -- Giri. Mengutip dari pendapat pengamat politik Lembaga Survei Politik Indonesia (LSPI), Rachmayanti Kusumaningtyas, yang dihimpun sindonews.com, pasangan ini bisa disebut "seolah" incumbent, karena Dodi merupakan anak kandung dari gubernur saat ini, Alex Noerdin. Kemudian pasangan Ishak Mekki - Aswari Riva'I. Pasangan ini pun tak bisa dikatakan sebagai penantang, karena Ishak Mekki merupakan wakil gubernur dari Alex Noerdin. Maka, pasangan yang bisa disebut sebagai penantang adalah Herman Deru - Mawardi Yahya.

Masih mengutip pernyataan Rahmayanti, dari ketiga poros pasangan diatas, peluang menang Herman Deru paling tinggi. Menurutnya, setidaknya ada tiga alasan mengapa Herman Deru bakal menjadi penantang paling menantang.

Pertama, semua survei yang diselenggarakan sepanjang tahun 2016 dan 2017 menempatkan Herman Deru sebagai calon dengan akseptabilitas dan elektabilitas tertinggi. Secara keseluruhan strong supporter Herman Deru bahkan sudah berada di kisaran 20%.

Kedua, posisi Herman Deru sebagai penantang. Posisi ini menempatkannya sebagai korektor, pengubah, reformator, restorator dan seterusnya. Herman Deru akan dengan mudah menguliti kelemahan dan kegagalan pemerintahan Alex Noerdin - Ishak Mekki dan menawarkan solusinya. Dia akan dengan ringan tanpa beban mengkritik kebijakan yang keliru dan menawarkan program baru.

Logikanya, sebagai penantang pasti menawarkan perubahan, perbaikan, menjanjikan sesuatu yang baru. Posisi dilematis justru ada pada pihak Ishak Mekki, dia berada di poros setengah incumbent yang secara etis harus berebut klaim dengan putera gubernur yang ikut berlaga.

Disatu sisi, Ishak Mekki akan sulit untuk mengklaim keberhasilan Alex, karena ini justru akan menambah dukungan pada Dodi. Disisi yang lain, ia pun tak elok mengkritik habis Alex karena dia bagian dari itu. Sementara Deru tak ada beban dan bisa leluasa menawarkan program. Jangan lupa, Herman Deru adalah mantan Bupati dua periode yang sarat prestasi, itu ada jejak digitalnya. Jadi bukan orang baru, lugu dan polos yang tidak mengerti pemerintahan.

Ketiga, soal momentum politik. Bagi masyarakat Sumsel, inilah saatnya yang tepat untuk Herman Deru menjadi gubernur. Di pilkada sebelumnya, Deru gagal meraihnya dan kini setelah Alex Noerdin menjabat dua periode sudah sewajarnya pemerintahan diganti.

Deru dipandang sosok pengganti yang tepat. Hal inilah yang juga menjadi beban bagi putera Alex Noerdin, dia maju pada saat baru saja mendapat amanah sebagai Bupati Muba, baru seumur jagung, jadi dianggap melanggengkan dinasti politik.

Dalam politik ada yang disebut momentum. Pilkada kali ini adalah momentum politiknya Herman Deru. Kalau dia mampu bekerja membangun tim yang solid sampai ke lapis terbawah, punya program yang lebih baik, punya kapasitas dan dukungan politik memadai, pasti akan menang. Sebaliknya jika tanggung dan setengah-setengah, dia akan tumbang jadi pecundang.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline