Lihat ke Halaman Asli

Kartini Menyamaratakan Gender, Hayati Memporak-porandakannya karena Janda

Diperbarui: 7 Oktober 2021   00:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen Pribadi

Stigma seorang wanita yang sudah pernah menikah alias gagal dalam menjalani biduk rumah tangga, sebagai seseorang yang 'nakal' dan 'rendah' di mata sebagian besar masyarakat seolah telah mandarah daging.

Hal itu tergambar jelas berdasarkan beberapa selentingan yang sering sekali beredar baik melalui sosial media maupun kehidupan real kita sehari-hari, seperti:

"Tak dapat gadis, janda pun boleh."

"Nanti malam bobonya sama janda."

"Mau cari janda dulu ah."

Bukan hanya bagi para pria yang tanpa sadar memperlihatkan dengan jelas belang di hidungnya itu, melainkan juga bagi beberapa wanita yang menganggap bahwa janda merupakan ancaman terbesar.

Berdasarkan pendapat mereka, akan tamat riwayatnya jika sang suami suatu saat berkenalan dengan janda. Ya, istilahnya 'nothing to lose'.

Menurut mereka janda sudah tak memiliki apapun lagi untuk dipertahankan termasuk mahkota, karena bola sudah dapat masuk ke gawang dengan leluasa tanpa perlu penjaganya. 

Oleh karena itu, harus senantiasa waspada terhadap wanita berstatus itu. Karena mereka juga tahu pasti bahwa iman suami mereka jauh lebih tipis daripada selembar kertas yang beratnya hanya 70 gram.

Hal itu yang menyebabkan bahkan sesama wanita ikut merendahkan status wanita lainnya yang terlebih dahulu tidak beruntung dari mereka. 

Kenapa dikatakan terlebih dahulu tidak beruntung? Because, Who knows suatu waktu posisi 'kebesaran' itu akan dijabat oleh mereka juga. Tak mungkin kan kelak ketika bercerai, para wanita menyandang status duda?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline