Lihat ke Halaman Asli

Siska Dewi

TERVERIFIKASI

Count your blessings and be grateful

Kisahku: Antara Kanker Rahim dan Hiperplasia Endometrium

Diperbarui: 24 April 2021   13:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi hiperplasia endometrium - foto: Iifepack

Pagi itu matahari bersinar cerah. Cahayanya menerobos masuk ke dalam ruang kerja saya melalui dua jendela kaca yang cukup lebar.

Ada tiga alasan yang membuat saya mensyukuri keberadaan kedua jendela kaca itu. Pertama, menghemat biaya listrik karena saya tidak perlu menyalakan lampu sepanjang hari kecuali pada musim hujan dan langit mendung.

Kedua, dengan menghemat listrik, selain berkontribusi terhadap efisiensi biaya kantor, saya juga berkontribusi dalam gerakan mencintai bumi. 

Ketiga, saya dapat menyerap vitamin D dari sinar matahari yang menerpa tubuh saya saat membuka jendela setiap pagi.

Salah satu pojok ruang kerja saya - foto: dokumentasi pribadi

Ada apa dengan tubuh saya?

Pagi itu, hari Kamis terakhir bulan Juni tahun 2008. Saya sedang mempersiapkan bahan presentasi untuk rapat direksi yang akan digelar pada siang hari ketika tiba-tiba miss V menyemburkan cairan panas dalam jumlah yang sangat banyak hingga membasahi rok saya.

Tergesa saya meraih pembalut dan panty yang ada di laci meja kerja. Itu adalah hari ke-12 menstruasi dan darah yang keluar cukup banyak. Karena itu, saya menyediakan kedua benda tersebut di dalam laci.

Setengah berlari saya menuju kamar kecil yang (untungnya) berada di dalam ruang kerja. Saya menarik nafas panjang, berusaha menurunkan kecepatan detak jantung yang tiba-tiba seperti lepas kendali.

Badan saya sedikit gemetar ketika saya melepas pembalut yang sudah basah dan berat serta panty yang sudah penuh noda darah, lalu menggantinya dengan yang baru. Setelah agak tenang, saya menelepon suami yang sedang berada di kampus.

Ilustrasi menelepon - foto: freepik/diana.grytsku

Saat itu, semua anak saya sedang berada di sekolah. Di rumah hanya ada ibu dan dua asisten rumah tangga. 

Saya tidak ingin membuat ibu khawatir. Jadi, saya meminta bantuan suami untuk pulang ke rumah, menyiapkan baju kerja saya, dan membawanya ke kampus. Saya akan meminta sopir untuk ke kampus guna mengambil baju tersebut.

Kemudian saya menelepon sopir, memintanya ke kampus untuk mengambil titipan dari suami buat saya. Lalu saya menelepon manajer keuangan yang ruang kerjanya tepat di sebelah ruang kerja saya. Sebut saja namanya Wina.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline