Lihat ke Halaman Asli

Siska Dewi

TERVERIFIKASI

Count your blessings and be grateful

Kisah Nyata: Dampak Pola Asuh Helikopter

Diperbarui: 24 September 2020   21:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi ibu dan anak perempuan (Designed by tirachardz/Freepik)

Sekitar tiga puluh tahun yang lalu, saya mewawancarai seorang calon pegawai. Waktu itu, saya bekerja sebagai Supervising Consultant di sebuah kantor konsultan manajemen. 

Kandidat yang saya wawancarai adalah adik angkatan saya. Sebut saja namanya Andrew. Saat dia melamar ke kantor kami, Andrew baru saja meraih gelar Sarjana Ekonomi. Usianya dua puluh tiga tahun.

Andrew telah menjalani serangkaian tes dan wawancara oleh tim HR sebelum dipertemukan dengan saya. Pertemuan dengan saya hanya sebagai konfirmasi bahwa dia telah lulus seleksi. 

Tugas saya adalah menjelaskan kepadanya mengenai budaya kerja tim, paket remunerasi yang akan dia terima dan key result area yang kami harapkan beserta key performance indicators-nya.

Ketika saya tanya kapan dia dapat mulai bekerja, Andrew menjawab, "Boleh saya minta waktu satu hari untuk memberi jawaban? Saya harus diskusi dengan papa dan mama dulu". Jawaban Andrew memberi gambaran kepada saya bahwa dia adalah produk pola asuh helikopter.

Apa Itu Pola Asuh Helikopter?

Orangtua yang menerapkan pola asuh helikopter memiliki kecenderungan mirip helikopter. Mereka melayang-layang di atas anak-anak mereka yang telah dewasa. Mereka mengurus tugas-tugas yang seharusnya dapat dilakukan sendiri oleh anak-anak tersebut.

Dilansir sciencedaily.com, pola asuh helikopter menerapkan struktur bimbingan yang secara perkembangan tidak tepat bagi anak. Usia Andrew sudah dua puluh tiga tahun. 

Dia sudah menyandang gelar Sarjana Ekonomi. Andrew perlu meminta pendapat orangtuanya untuk memutuskan apakah dia akan menerima atau menolak pekerjaan yang ditawarkan kepadanya. 

Dia juga perlu meminta pendapat orangtuanya mengenai kapan sebaiknya dia mulai bekerja. Keputusan yang semestinya dapat dia lakukan sendiri dengan mudah.

Menurut penelitian, pola asuh helikopter berpotensi membawa dampak negatif bagi anak berupa tekanan psikologis, narsisme, kesulitan beradaptasi, penggunaan alkohol dan narkoba, dan sejumlah masalah perilaku lainnya pada usia dewasa muda, yakni 18 hingga 25 tahun.

Tiga Faktor Penyebab Pola Asuh Helikopter

Dalam sebuah penelitian, Segrin dan Tricia Burke dari Texas State University bersama Trevor Kauer dari University of Nebraska, menemukan tiga faktor yang membuat orangtua cenderung menerapkan pola asuh helikopter. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline