Lihat ke Halaman Asli

Veeramalla Anjaiah

TERVERIFIKASI

Wartawan senior

Pakistan Sangat Mendukung Tindakan China terhadap Muslim Uighur

Diperbarui: 13 Maret 2022   08:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perdana Menteri Pakistan Imran Khan (kiri) bersalaman dengan Presiden China Xi Jinping. | Sumber: Twitter/@pid_gov

Dalam kunjungannya ke China dari tanggal 3 hingga 6 Februari, Perdana Menteri Pakistan Imran Khan sangat mendukung tindakan China di Xinjiang yang nama resminya adalah Daerah Otonomi Uighur Xinjiang (XUAR), dan daerah bermasalah lainnya di negara komunis tersebut.

"Pihak Pakistan menyatakan komitmennya terhadap Kebijakan Satu-China dan dukungan untuk China di Taiwan, Laut China Selatan, Hong Kong, Xinjiang dan Tibet," kata Pernyataan Bersama China dan Pakistan pada 6 Februari.

Imran datang ke China untuk menghadiri upacara pembukaan Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022 tetapi yang lain mengatakan bahwa ia pergi ke sana untuk mencari pinjaman darurat senilai AS$3 miliar untuk menyelamatkan ekonomi Pakistan yang tenggelam.

Ia juga mengatakan hal yang sama dalam sebuah wawancara dengan Fareed Zakaria dari CNN pada tanggal 13 Februari.

Imran mengatakan bahwa Duta Besar Pakistan untuk China Moin ul Haque telah mengunjungi XUAR dan mengatakan bahwa situasi di sana "tidak seperti yang digambarkan media Barat".

Imran selama ini konsisten membela aksi China di Xinjiang.

"Interaksi kami dengan pejabat China, versi apa yang terjadi di Xinjiang benar-benar berbeda dengan versi yang kami dengar dari media Barat dan pemerintah Barat," lapor Al Jazeera dengan mengutip Imran yang mengatakan kepada jurnalis China yang berkunjung ke Pakistan pada bulan Juli 2021.

"Karena kami memiliki hubungan yang sangat kuat dengan China, dan karena kami memiliki hubungan berdasarkan kepercayaan, jadi kami benar-benar menerima versi China. Apa yang mereka katakan tentang program mereka di Xinjiang, kami menerimanya."

Genosida budaya

Pada bulan Juni 2021, Amnesty International, sebuah kelompok hak asasi manusia yang dihormati, menggambarkan situasi di Xinjiang sebagai "pemandangan neraka dystopian", mengutip lusinan kesaksian yang merincikan tuduhan pencucian otak, penahanan ilegal, penyiksaan, pengendalian kelahiran paksa dan penghapusan identitas budaya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline