Lihat ke Halaman Asli

Veeramalla Anjaiah

TERVERIFIKASI

Wartawan senior

Thailand Menolak Perencanaan Kanal Kra yang Didanai China

Diperbarui: 27 Oktober 2020   13:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Peta Kanal Kra | Sumber: tfipost.com

Selat Malaka adalah jalur perairan strategis alami yang terletak di antara Pulau Sumatera di Indonesia dan Semenanjung Malaya (Malay Peninsula). Selat ini dangkal, sempit dan merupakan jalur air terpendek yang menghubungkan Samudera Hindia dengan Laut Cina Selatan. 

Selat Malaka adalah salah satu jalur air tersibuk di dunia, dengan 200 kapal - termasuk kapal tanker minyak - yang melewati Selat setiap hari atau 75,000 kapal per tahun.

Asia Timur yang makmur, yang meliputi China, Jepang, Korea Selatan, Hong Kong dan Taiwan, sangat bergantung pada Selat Malaka. Sebagian besar energi, ekspor dan impor mereka menggunakan jalur air ini. Seperempat dari barang perdagangan global melewati selat ini.

Selat Malaka memiliki lebar 65 kilometer dan panjang 800 kilometer. Di beberapa tempat, jalur air hanya sedalam 23 meter, dan pada titik sempitnya, jalur air yang bisa dilayari lebarnya sekitar dua kilometer .

Selat ini penting secara strategis untuk Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam dan Singapura. Indonesia, negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki dua jalur perairan penting lainnya, yaitu Selat Sunda dan Selat Lombok.

Sebagai hegemon baru, China merasa tidak nyaman dengan Selat Malaka karena 80 persen dari pasokan minyaknya berasal dari Timur Tengah, Angola dan Venezuela dan sebagian besar ekspor dan impor melewati jalur air ini, yang telah menjadi hambatan dalam ambisi global China. China selalu ingin menghindari Selat Malaka.

China, menurut Ian Storey dari ISEAS-Yusof Ishak Institute di Singapura, menganggap bahwa Selat Malaka sebagian besar dikuasai oleh Amerika Serikat. Musuh utama China di Asia, India, dapat dengan mudah memblokir sisi barat Selat Malaka jika terjadi konfrontasi. Titik sempit yang paling padat ini juga terkenal dengan pembajakan dan kecelakaan.

Ambisi jangka panjang China adalah untuk mengatasi hal "Dilema Malaka" ini, yang pertama kali dicetuskan oleh presiden China Hu Jintao pada tahun 2003, dan mencari alternatif bagi Selat Malaka.

China telah menemukan satu alternatif di Thailand. Dengan membangun Kanal Kra atau Terusan Kra (Kra Canal) , menurut China, akan menjadi alternatif bagi Selat Malaka karena berbagai alasan dan keuntungan. 

Proyek tersebut, yang direncanakan 343 tahun yang lalu oleh Raja Thailand Narai tapi tidak pernah terwujud, bertujuan untuk membangun sebuah terusan buatan besar, sepanjang 120 kilometer, menembus tanah genting Kra (Kra Isthmus) di Thailand.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline