Lihat ke Halaman Asli

Anis Contess

TERVERIFIKASI

Penulis, guru

Pembiasaan Akhlak Terprogram, Tidak "Angel" Membentuk Karakter Pemuda

Diperbarui: 29 Oktober 2020   15:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banner deklarasi (doc.pri)

Seperti telah ada kesepakatan, menasehati anak jaman sekarang itu uangel tenan. Angel angel tuturane, persis seperti idiom yang berlaku kekinian, berkembang karena viral. Berkat lagu jawa Angel temen tuturanmu.

Bila ada anak yang membantah atau seseorang yang diberitahu tapi tidak mengerti bahkan enggan melaksanakan, maka cap angel tenan tuturanmu akan mudah melayang.

Hal yang umum ditemui di sekolah-sekolah, setingkat SD atau SLTP.  Sebuah tempat yang dihuni oleh teenagers, usia remaja. Masa transisi menuju dewasa. Masa abu-abu menentukan benar salah, masa pencarian jati diri, masa ikut-ikut atas seseorang untuk melakukan sesuatu.

Beberapa kasus membuktikan hal itu. Tawuran antar sekolah, kriminalitas pembegalan oleh oknum geng motor, bullying teman  di sekolah hingga kekerasan sexual pada seseorang yang dilakukan gerombolan anak muda, membuktikan itu semua.

Harter (dalam Shaffer, 2005) mengatakan bahwa remaja yang terlalu kecewa atas penggambaran diri mereka yang tidak konsisten akan bertindak keluar dari karakter dalam upaya untuk meningkatkan citra mereka atau mendapat pengakuan dari orang tua atau teman sebaya. Anak pada usia ini rawan untuk melakukan beberapa hal negatif dalam rangka pencarian jati diri mereka. Bimbingan dan pengarahan baik dari orang tua maupun guru juga diperlukan bagi anak pada tahap ini, agar mereka dapat menemukan jati diri mereka sebenarnya.

Diakui menjadi sesuatu yang dibutuhkan oleh remaja usia tersebut. Mereka adalah para pemuda harapan bangsa, harus ada upaya mengarahkan agar tak terjadi penyimpangan. Memberikan pendidikan karakter sarat nilai kebaikan mutlak dilakukan, seperti termaktub dalam kurikulum sekolah. Bahwa pendidikan karakter harus ditanamkan bahkan untuk semua mata pelajaran.

Namun, apa cukup hanya ketika pembelajaran  di kelas saja diberikan? Penanaman karakter itu butuh disiram dan dipupuk agar terus hidup dan berkembang. Menjadi sebuah kepribadian, kebiasaan yang tak kan luntur meski dalam keadaan apapun.

Misal berbicara sopan, menghormati orang yang lebih tua dengan panggilan pak, bu, mbak, mas, memberikan dengan tangan kanan, makan dengan duduk, berkata terimakasih, mengucap nuwun sewu atau permisi, ringan meminta maaf bila salah dan seterusnya.

Itu semua butuh dilatih, bahkan kalau perlu dipaksa dengan hukuman. Membiasakan karakter baik itu sulit maka perlu upaya terus menerus tanpa kenal putus asa untuk melakukan.

Cuci tangan

Wajib cuci tangan dan bermasker, lingkungan bersih (doc.pri)

Tidak percaya? Bahkan orang dewasa dan tua juga harus terus dilatih agar mereka terbiasa melakukan sesuatu. Lihat pada kampanye gerakan memakai masker dan cuci tangan. Membudayakan itu susahnya minta ampun. Sampai-sampai aparat harus memberikan hukuman.

Terkait hal tersebut sesuatu saya dapati di sebuah sekolah Boarding Arrohmah Putra Kabupaten Malang. Terdapat banner deklarasi di dinding sekolah. Poin-poinnya ala-ala Sumpah Pemuda. Tapi butirnya semua mengacu pada membentuk karakter hidup bersih. Sesuatu yang memang mau tidak mau saya akui susah membudayakan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline