Lihat ke Halaman Asli

House of Raminten: Kuliner Jogja Edisi Funky

Diperbarui: 25 Juni 2015   08:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1331738274225098804

"Woh ya jelas tahu toh! Saya paling seneng nganter tamu ya makan di Raminten itu. Soalnya pelayan-pelayannya pakai kemben semua hehe", ujar Pak Kelik terkekeh.

Begitulah jawaban tangkas seorang supir tua yang menjemput kami di salah satu sudut kota Jogja pekan lalu. Agenda makan siang sengaja kami tunda demi rasa penasaran. Ya. The House of Raminten sudah beberapa kali kami dengar dan direkomendasikan banyak teman. Namun untuk pertama kali akhirnya kami bisa merasakan sendiri sensasinya.

1331738302669640546

The House of Raminten menjadi simbiosis menarik antara kuliner dan atmosfer. Terletak di pojokan jalan FM Noto area Kotabaru. Sekitar 15 menit saja dari pusat Malioboro. Kami melangkahkan kaki begitu ringan dan riang ke dalam sebuah halaman rumah tradisional Jawa, dengan suasana semi outdoor, serta beragam perintilan 'gila' di dalamnya. Dari saung pendopo sampai kandang kuda. Benar saja kata Pak Kelik tadi, deretan pelayan 'dikemas' demikian molek. Berbalut kemben, kain batik terlilit asimetris, sanggul khas dayang keraton, tata rias mengerling genit, hingga braided flip flop alias selop kaki beraneka detail. Folk fashionably!

133173820115399071

Bagian depan terdapat deretan kursi biru bertitel "Area Sabar" sebagai ruang tunggu. Rupanya antrian panjang di sini adalah hal yang amat lumrah terjadi. Ramainya pengunjung tak kenal hari. Apalagi wisata kuliner yang satu ini memang dibuka nonstop 24 jam. Pelayan pun segera mengantar kami ke area teras lesehan, dengan senderan kursi rotan dan meja kayu cokelat. Mata saya tak berhenti menari dan menyapu interior padepokan dari segala penjuru. Aroma dupa segar menyeruak. Foto-foto Hamzah, "The Drag Queen of Raminten", alias sang pemilik terpampang jelas dalam berbagai pose. Tepat bersebelahan dengan meja makan, gagah berdiri 1 sepeda onthel dan 2 buah kereta kencana keraton berwarna hijau dengan tulisan "Hanya boleh dinaiki pada hari Minggu Wage".

1331738355323556011

13317383851136908322

Sembari menunggu pesanan, saya tak tahan untuk tidak masuk ke dalam ruang tamu, yang rupanya sudah disulap menjadi ruang kerja. Rasanya seperti memasuki sebuah museum antik. Paduan sofa kulit, cermin tua, gagang telepon berlapis kuningan, koleksi pipa cerutu, lukisan kuno, meja kerja raksasa, dan barang lainnya, bersinergi apik satu sama lain.

1331737888723554282

Bicara soal makanan? Disini gudangnya angkringan versi repackage. Kenapa begitu? Karena basis menunya tetap sesederhana manu angkringan. Tapi dikemas ulang dengan tampilan yang jauh lebih ciamik. Sebut saja Nasi Kucing, Rawon Jumbo, Gudheg, Mie Goreng Jawa, Kupat Sayur, atau cicipi hot stone steak bernama Maheso Selo Gromo. Oh jangan lewatkan juga seruput macam-macam es racikan The House of Raminten. Mulai dari Es Teler Raminten, Susu Pawon Kebumen, Dawet Gladri, Gajah Ndekem (teh gelas jumbo dengan celupan apel kupas bulat di dalamnya), Es Ponconiti dengan gradasi ungu, Es Purworukmi, Bir Pletok, sampai Es Krim Bakar. Slurrrpp! Rangkaian suguhan klasik sekaligus nyentrik di atas bisa dinikmati dengan kisaran harga bersahabat. Mulai dari Rp 1.000 - 25.000 saja. Backpackers really should come over here. And yes, Jogja made me bat my eyelashes one more time! The House of Raminten Jl. FM. Noto no. 7, Kotabaru Yogyakarta Telp. +62-274-547315 Andyna Sary 14 Maret 2012 Photos by: puppytraveler.com, tripadvisor.com, LangitSoreku, Gebrakers




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline