Lihat ke Halaman Asli

andry natawijaya

TERVERIFIKASI

apa yang kutulis tetap tertulis..

Waspada Produk "Fintech" Abal-abal

Diperbarui: 11 September 2018   08:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (Pixabay)

Seorang filsuf dari era Yunani kuno bernama Heraclitus (535 -- 475 SM) mengungkapkan pepatah elegan, "Tidak ada yang kekal kecuali perubahan (there is nothing permanent except change)." Sebagai seorang pemikir ulung, 

Heraclitus telah memahami fenoma sifat dinamis dalam kehidupan, bahwa segala sesuatu dalam kehidupan manusia senantiasa mengalami perubahan, dan itulah sebuah realita yang terjadi secara alamiah. 

Semuanya berubah. Bahkan perubahan pada masa kini terjadi dengan sangat drastis, tidak terpikirkan oleh sang pemikir handal seperti Heraclitus. Kita berbicara dalam konteks dalam gaya hidup manusia, yang semakin hari semakin menuntut kemudahan, kepraktisan, termasuk dalam urusan keuangan atau finansial.

Adalah financial technology (fintech) yang medorong perubahan dewasa ini serta telah menjadi primadona bagi umat manusia dalam memenuhi kebutuhan transaksi keuangan. 

Fintech  muncul dan berkembang seiring dengan perkembangan teknologi smartphone, sehingga semua kebutuhan untuk transaksi dapat dilakukan dengan sangat mudah melalui aplikasi dalam genggaman tangan seseorang. 

Bayangkan saja jika pada era sebelum teknologi smartphone, orang harus pergi ke bank untuk bertransaksi atau setidaknya membutuhkan personal computer untuk bertransaksi via internet, namun kini semua itu dapat dilakukan melalui media yang lebih sederhana.

Fintech merupakan terobosan atau inovasi yang telah mengobrak-abrik pakem layanan keuangan konvesional. Berbagai aspek layanan keuangan seperti pembukaan rekening, cek saldo sampai dengan pembayaran atau transaksi semuanya telah diubah sedemikian rupa menjadi lebih mudah. 

Ya, manusia lebih dipermudah dalam hal akses finansial. Maka tak heran fintech menjadi seperti layaknya bintang di era industri finansial.

Ilustrasi: pymnts.com

Keberadaan fintech turut berpengaruh terhadap bisnis lembaga keuangan, dengan keberadaan teknologi maka lembaga keuangan seperti halnya bank, asuransi dan perusahaan sejenis lainnya berlomba untuk mengembangkan aplikasi dan merilisnya kepada pengguna mereka. 

Dampaknya di sisi lain ternyata adalah terjadi tren pengurangan tenaga kerja dan kantor layanan konvensional secara fisik. Biaya tinggi untuk mengembangkan fintech faktanya seiring dengan berkurangnya beban operasional dari tenaga kerja dan jaringan kantor.

Boomingfintech, salah satunya melalui peer to peer lending pada tahun 2016 menyebabkan tutupnya ribuan kantor bank di Eropa. Hal ini memang menarik, walaupun sebetulnya menjadi sebuah kewajaran, karena bagi pengguna, akses layanan keuangan melalui aplikasi fintech  memang sangat praktis. Contoh negara di Eropa yang sukses mengaplikasikan layanan fintech adalah Swedia, di mana transaksi non-tunai  secara digital menjadi suatu hal lumrah.

Kondisi seperti ini memang memicu pula munculnya perusahaan rintisan yang seolah saling berlomba mengembangkan berbagai aplikasi. Seluruh dunia mengalami hal serupa, tak ketinggalan juga di Indonesia. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline