Lihat ke Halaman Asli

Andri

Manusia biasa

"Mengadili Malaikat Izrail"

Diperbarui: 15 November 2015   17:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika bicara mengenai HAM, memang tidak ada habisnya. Keteguhan manusia pada eksistensi keberadaannya di alam yang sementara ini, telah melahirkan banyak peristiwa, polemik, dan intrik yang tidak sedikit saling menyakiti satu sama lain.

Kalau saya mengibaratkan,  HAM ini adalah ilmu "mata", Hak Fitrah adalah ilmu "hati", sementara Hak Pinjam adalah ilmu "sejati".

 

Dalam islam, dikenal malaikat Izrail sebagai malaikat pencabut nyawa. Malaikat Izrail beserta malaikat-malaikat lain yang tidak kita tahu namanya, yang berada dalam kepemimpinan malaikat Izrail, diberikan tugas oleh Allah untuk mengambil kembali ruh dalam diri manusia sesuai yang telah tertulis dalam lahul mahfudz. Persitiwa diambil kembali ruh dalam diri manusia inilah yang menurut bahasa budaya manusia disebut dicabutnya nyawa. Sehingga malaikat Izrail dikenal sebagai malaikat pencabut nyawa.

 

Malaikat hanya menjalankan tugas yang diperintahkan oleh Allah. Maka jika perintahnya adalah untuk mencabut nyawa, itu pun perintah langsung dari Sang Khaliq. Peristiwa ajal yang datang tiba-tiba inilah yang tidak pernah dapat disimpulkan oleh rasionalitas manusia. Sehingga ketika ajal menjemput, tidak ada lain yang dapat kita lakukan kecuali berpasrah. 'Kan tidak mungkin kita berkata, "jangan diambil dulu pak Izrail, saya mau taubat dulu sebentar", atau "nanti aja dicabutnya pak Izrail, saya sedang bekerja untuk anak istri saya". "Mati" adalah takdir yang sama sekali tidak dapat kita bantah.

 

Menurut saya, dalam kasus kematian, alangkah naif jika manusia hanya menganggap manusia lainnya sebagai biang dari kematiannya. Misalnya dalam kasus pembunuhan, penyiksaan, penistaan, atau juga kecelakaan. Sebab seroang manusia tidak mungkin dapat bergerak atau menjalani takdirnya, tanpa ada keterlibatan Tuhan dalam tindakannya.

Menganggap manusia lain sebagai penyebab kematiannya dapat menimbulkan kebencian yang teramat dalam dan dapat memecah persatuan. Apalagi, ketidakpuasan adalah salah satu jalan lahirnya konspirasi politik yang sudah sama-sama kita tahu curang dan kejamnya.

 

Seiring berjalannya zaman, dengan adanya hukum serta lembaga-lembaga hukum termasuk salah satunya Komnas HAM, nyatanya juga tidak bisa menemukan penyebab kematian atas peristiwa-peristiwa yang ada. Kita sudah sama-sama tahu bahwa kasus matinya Bung Karno, Kennedy, Lady Diana, Ustman Bin Affan, Munir, hingga para aktivis 1998 pun masih melahirkan tanda tanya besar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline