Lihat ke Halaman Asli

Andre Vincent Wenas

Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner

Sudah Krisis Saatnya Membakar, Menyan?

Diperbarui: 11 April 2020   20:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. berbagai sumber terlampir

Ada anak-anak muda, entah disponsori oleh siapa, yang dengan cat semprot menorehkan tulisan "Sudah Krisis Saatnya Membakar" di beberapa lokasi. Di torehkan dekat toko atau ruko, dan ada juga yang di tiang listrik.

Mungkin maksudnya mau memprovokasi massa supaya terjadi chaos lewat kerusuhan. Tapi keburu terciduk dan yang beredar luas malah foto para  provokatornya yang sangat memelas. Duh! ...ada-ada saja.

Kita sendiri agak bingung dengan logika tulisan itu. Apa sih hubungan logis dari premis "Sudah Krisis" dengan kesimpulannya "Saatnya Membakar"? Kacau memang.

Biasanya sih secara tradisional, kalo krisis itu saatnya bakar menyan, lalu berdoa. Mohon petunjuk kepada penguasa jagad raya, sekalian mohon ampun.

Dari obrolan di gadget, lantaran saat ini gak boleh kumpul di warung kopi, disinyalir ada kelompok-kelompok yang memang mau memanfaatkan situasi krisis akibat wabah Corona ini. Mau bikin kacau.

By the way, memang krisis adalah situasi yang jadi syarat untuk suatu perubahan. Buku-buku teks change-management senantiasa mengajarkan, syarat perubahan mestilah didahului krisis.

Entah krisis yang alami, atau yang sengaja direkayasa. Situasi krisis mengondisikan orang untuk siap menerima perubahan.

Sebetulnya krisis yang diakibatkan Covid19 malah bisa mempercepat proses perubahan yang sedang dilakukan oleh Pemerintahan Presiden Joko Widodo sejak periode kepemimpinannya yang pertama (2014-2019). Dan dilanjutkan sekarang di periode kedua (2019-2024).

Apakah ada perubahan-perubahan mendasar yang sedang diupayakan administrasi Presiden Joko Widodo selama ini?

Coba saja kita tilik beberapa fenomena sebagai contoh saja, di samping upaya-upaya lain yang sedang dijalankan.

Soal pengejaran harta koruptor yang dilarikan dan disembunyikan di Swiss atau negara-negara surga pajak (Cayman Islands, Virgin Islands, termasuk Hong Kong, Singapura dan Australia). Ini tentu mengganggu kenyamanan tidur para tikus-tikus itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline