Lihat ke Halaman Asli

Kampung Ilmu, Jalan Semarang

Diperbarui: 26 Mei 2016   12:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengunjung Kampung Ilmu

Akhir-akhir ini terjadi kesalahan anasir dari pejabat, ormas dan aparat terkait buku uang katanya “kiri”. Walau akhirnya dikoreksi pihak Istana. Toh, itu sempat terjadi dan cukup menyesakan dada. Bagaimana tidak disebuah negara (katanya) demokratis masih ada yang paranoid dengan buku, film dan diskusi.

Leluconnya ” Aparat yang merazia, mungkin tidak pernah baca buku yang dirazianya. Apa lagi menulis buku'”. Jangankan aparat lapangan, mungkin para bosnya di Mabes juga sama”. Namun jangan berburuk sangka, dan  yang penting razia buku jangan terjadi lagi. Malu sama Sukarno, Hatta, Gus Dur dan masih banyak tokoh bangsa yang semuanya pembaca dan penulis buku.

Bagi warga Surabaya, tentu pernah dengar Kampung Ilmu di Jalan Semarang. Tempatnya dekat dengan Stasiun KA Pasar Turi. Banyak warung buku disini. Mereka menjual buku bekas dan juga buku bajakan, sayangnya!!. Tidak sulit untuk menemukan buku yang dianggap kiri disini.Terbitan baru atau lama semua ada.  Bahkan saya menemukan booklet manifesto partai-partai politik era 65, kumpulan pidato bung Karno tentang Nasakom dan sebagainya. Bahkan buku bajakan karya Pramudya, Gie sampai Dee Lestari ada semua disini.

Lapak jalan Semarang, mau menunjukan hal sederhana “ masyarakat kita sudah mulai gemar membaca”. Geliat baik ini jangan sampai di kebiri. Bukankah lebih baik banyak generasi yang membaca, ketimbang mereka anarkis dan intoleran karena miskin ide dan gagasan. Jadi ada baiknya bos di Mabes, Menhan, Presiden dan semua orang  bisa sesekali datang ke lapak buku biar dapat ilmu.

Penari cilik di Kampung Ilmu 8

Di Kampung Ilmu Jalan Semarang Surabaya tidak hanya soal buku. Ada aktivitas peradaban lain yaitu sanggar tari tradisional. Sungguh keren, di tengah metropolis ada seratusan anak-akan berlatih tari tradisional. Betapa lengkap tempat ini, menyajikan buku sebagai jendela dunia dan menggerakanya dengan tarian, menyejukannya dengan musik. Perpaduan yang manis dan menjanjikan kebaikan masa kini dan nanti.

Bangsa yang paranoid, anarkais, fasis (mangandalkan senjata dan aparat) akan berangsur punah. Namun bangsa yang menjamin intelektualitas dan kebudayaan akan tahan, tangguh dan trengginas. (@Andreyuris).




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline