Lihat ke Halaman Asli

RJ Lino, Rusli Habibie, Totok Ary Prabowo, Irianto MS Syafiuddin, Abraham Samad, Bambang Widjoyanto dan Novel Baswedan

Diperbarui: 3 November 2015   16:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Membaca artikel dari Professor Renald Kasali  tentang RJ Lino, sang dirut  Pelindo II patut kita renungkan bahwa di negara kita tercinta ini sedang dalam kondisi limbung. Limbung disini berarti tidak adanya sistem yang baik diantara lembaga-lembaga negara. Sepertinya antara Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif saling bertentangangan, tidak bisa seiring sejalan. Di dalam lembaga eksekutifpun antara pemerintahan sipil (civil society) dan Kepolisian/Kejaksaan tidak singkron. Lembaga pemerintahan sipil dituntut untuk berjalan bersih/good governance, disisi lain di"ganggu" polisi dan jaksa yang selalu minta upeti bila terjadi kesalahan sedikit saja, meski itu kesalahan administratif. Tidak heran percepatan pembanguna di Pemerintahan Jokowi lambat/terganggu karena faktor non teknis diatas.

Sekilas judul diatas hanya menampilkan nama-nama tokoh daerah/nasional yang menggegerkan pemberitaan di media massa baik cetak maupun elektronik. Tetapi itulah nama-nama tokoh perubahan yang sesungguhnya, tokoh-tokoh yang berani (sungguh berani melawan oknum-oknum polisi/jaksa) yang menjadi korban kekuasaan kehakiman di negara kita ini. Mari kita kupas satu-persatu perkara yang membelit mereka, adalah murni pidana/kriminalitas atau atas dasar non-propesional alias diluar kasus kriminal yang kemudian diciptakan sebuah rekayasa agar mereka bisa dipenjarakan.

RJ Lino 

Dari paparan Renald Kasali, sangat jelas bahwa RJ Lino (Alumni ITB) adalah seorang eksekutif yang mempunyai Visi kedepan. Ia pun datang ke Indonesia untuk membangun tanah air melalui jalur kepelabuhan bukan atas keinginannya sendiri, tetapi atas permintaan seorang tokoh agar kualitas manajemen kepelabuhan kita mempunyai standar internasional. Dan kini terbukti kekayaan perusahaan BUMN Pelindo II meningkat 1100% dibandingkan sebelumnya. Bukti ini hanya bukti kasar peningkatan aset, belum lagi SDM yang bertambah karena kebijakannya menyekolahkan bawahannya mengambil master degree ke Belanda. Remunerasi yang jauh lebih baik dengan gaji karyawan SMA diatas 10 juta merupakan prestasi yang langka bagi CEO BUMN masa kini. Tidak heran Lino merupakan seorang tokoh kunci BUMN Nasional.

Kasus Lino adalah adanya orang iri dan ingin menjatuhkannya, orang iri itu melapor ke Bareskrim, dan secara tiba-tiba Bareskrim menggeledah kantor Lino selayaknya seorang "teroris". Puluhan polisi menggeledah dan membawa puluhan wartawan untuk mempermalukan Lino, seolah-olah Lino sudah dinyatakan bersalah oleh pengadilan (trial by the Press).

Bila ada kasus mark up pengadaan crane mengapa polisi tidak memanggil Lino ke kantor polisi sesuai prosedur, mengapa penggeledahan tidak dilakukan oleh 5-7 orang polisi dengan santun ?, dan mengapa dua Bareskrim Brigjen Victor dan Letjen Buwas sangat ngotot menjadikan Lino sebagai tersangka ? Inilah pertanyaan yang beredar di masyarakat saat ini.

Beruntung Lino mempunyai jaringan luas seperti Wapres, Menteri hingga Akademi selevel Professor Kasali, bila tidak maka Lino akan mudah terseret gelombang ombak pemberitaan yang sudah sangat menghakiminya sebagai koruptor mark up pengadaan crane di beberapa pelabuhan.

Kasus ini menjadi menarik karena Buwas dan Victor terlempar dari Bareskrim, tentu saja pimpinan Bareskrim yang baru tetap menduga terjadi korupsi di Pelindo II dan tetap akan melanjutkan penyidikan. Apabila di teruskan tentu akan diarahkan ke Lino sebagai tersangka, dan babak-babak baru terus akan berlanjut karena perseteruan Lino dan Menko Maritim Rizal Ramli juga meramaikan ketokohan Lino, bila Lino Menang maka suatu ketika Rizal Ramli yang sesunguhnya "pin-pin-bo" atau pintar-pintar bodoh itulah yang akan tersingkir seperti Victor dan Buwas. Mari kita tunggu episode selanjutnya ?

#####

Rusli Habibie

Rusli adalah seorang pembaharu di bidang pembangunan, ia tokoh yang baik budi dan tegas , ia lahir pada tanggal 6 Juni 1963, sebelumnya adalah Bupati Gorontalo Utara (2008-2012), baru menjabat sebagai Gubernur Gorontalo sejak 16 Januari 2012 lalu itu sudah berseteru dengan kapolda lama, Brigjen Pol Budi Waseso. Sang Gubernur terpilih itu juga ketua umum DPD I Golkar Propinsi Gorontalo.an

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline