Lihat ke Halaman Asli

Andi Maulana

Kamus Institute / Penulis Opini dan Berita

Universitas Galuh Gelar Seminar Nasional, Bahas Isu Pendidikan, Kebudayaan, dan Lingkungan Jawa Barat

Diperbarui: 27 Juni 2025   21:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Universitas Galuh Gelar Seminar Nasional, Bahas Isu Pendidikan, Kebudayaan, dan Lingkungan Jawa Barat.

CIAMIS - Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Galuh sukses menggelar Seminar Nasional bertajuk "Bedah Jabar Istimewa: Mendorong Kemajuan Pendidikan, Kebudayaan, dan Lingkungan di Jawa Barat" di Auditorium Universitas Galuh, Sabtu (21/06/2025).

Acara yang berlangsung dari pukul 08.00 hingga 12.00 WIB ini dihadiri ratusan peserta dari berbagai kalangan akademisi, dan mahasiswa Universitas Galuh.

Dalam sambutannya, Wakil Rektor I Universitas Galuh, Dr. drh. Agus Yuniawan Isyanto, M.P., mengapresiasi semangat kritis dan kontribusi mahasiswa dalam menghadirkan diskursus penting mengenai masa depan Jawa Barat.

"Seminar ini menjadi bentuk komitmen Universitas Galuh dalam mendorong mahasiswa agar aktif menyuarakan isu-isu strategis, terutama dalam bidang pendidikan dan lingkungan yang kini menjadi perhatian global," ujarnya.

Sebagai Keynote Speaker, Dr. Tr Agun Gunanjar Sudarsa, Bc.IP, M.Si, Anggota Komisi XIII DPR RI sekaligus Pembina Yayasan Pendidikan Galuh, menekankan pentingnya regulasi dan kebijakan afirmatif dalam mendukung kemajuan daerah.

"Jawa Barat memiliki potensi istimewa, baik sumber daya manusia maupun budaya. Perlu sinergi antara kebijakan pusat dan daerah agar kemajuan tidak hanya menjadi wacana, tetapi bisa dirasakan secara nyata oleh masyarakat," jelasnya.

Sementara itu, Dr. H. Rd. Heri Solehudin Atmawidjaja, MM, sebagai narasumber pertama menegaskan bahwa pembangunan Jawa Barat tidak dapat dilepaskan dari sinergi antara pendidikan, kebudayaan, dan lingkungan.

Menurutnya, tantangan besar seperti ketimpangan akses pendidikan, erosi budaya lokal, dan krisis lingkungan harus dijawab melalui pendekatan holistik dan terintegrasi. Heri juga menyoroti pentingnya transformasi pendidikan yang tidak hanya berfokus pada kognisi, tetapi juga pada penguatan karakter dan kesadaran ekologi siswa.

Lebih lanjut, Heri menjelaskan bahwa digitalisasi pendidikan dan pelestarian budaya harus berjalan seiring. Pendidikan yang berkualitas, kata Dr. Heri, membutuhkan guru yang terlatih, kurikulum yang relevan dengan konteks lokal, serta pemanfaatan teknologi secara merata hingga pelosok.

"Pendidikan harus menjadi alat untuk menanamkan nilai-nilai budaya sekaligus menumbuhkan kepedulian terhadap lingkungan. Tanpa itu, kita hanya mencetak manusia cerdas yang kehilangan akar dan tidak peduli pada masa depan planetnya," ujar Heri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline