Lihat ke Halaman Asli

Renungan Amburadul di Pagi Hariku

Diperbarui: 16 Maret 2016   10:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Bukankah dulu aku menangis
Saat aku melihat dunia?
Lalu akan diam seribu bahasa
Saat aku meniggalkan dunia
.
Memang benar adanya
Diam adalah emas
Dan menangis adalah obatnya
.
Udara yang aku hisap tak perlu warna
Bukankah udara tak berwarma?
Untuk menikmati dunia yang penuh warna
.
Jika air dan sinar matahari adalah sumber kehidupan
Untuk bisa menikmati dunia yang penuh warna
Aku fikir benar adanya
Lihatlah pelangi
Terlihat warna warni
Jika air hujan disinari matahari
.
Udara, air, cahaya
Tiga serangkai yang akan membuat
Dunia penuh warna
Walaupun udara, air, cahaya
Tak terlihat berwarna
Putih bersih tanpa noda
.
Itu hanya sedikit gambaran
Ketika Allah meniupkan
'ruh'
Pada jasad manusia
.
.
Tak terlihat
Tapi nyata adanya
Karena hidup itu nyatanya ada
.
Jadi memang benar adanya
Hidup Manusia pada dasarnya
Putih bersih tanpa noda
Lalu manusia mengotorinya
Karena manusia
Tercipta dari tanah
.
Tanahlah yang justru terlihat
Memiliki warna
Ruh yang bersih tanpa noda
Bersemayam pada jasad kotor
Yang tercipta dari tanah
Dan saat mati nanti
Jasadku hanya akan kembali
Menjadi tanah
.
.
Mungkin aku harus mulai diam
Untuk memahami ruh kehidupan
Mungkin aku harus mulai menangis
Untuk meratapi masa depan
Yang hanya melebur menjadi tanah
.
.
Walau kadang aku selingi dengan tawa
Supaya aku tidak gila
.
.
(Renungan amburadul di pagiku)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline