Lihat ke Halaman Asli

Andang Masnur

Komisioner

"Crash Landing On You", Cara Romantis Korsel Kritik Korut?

Diperbarui: 21 Februari 2020   20:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Soompi via Kompas.com

Seumur-umur saya baru kali ini menonton film drama korea atau biasa disebut dengan drakor oleh para penggemarnya. Ketertarikan saya adalah pada inti cerita yang menampilkan cerita asmara antara dua warga negara. Yang mana kedua negara tersebut adalah negara yang kita tahu punya sejarah kelam.

Tepatnya tanggal 25 Juni 1950 konflik antara Korea Selatan dan Korea Utara pecah dengan masing-masing sekutu di belakang mereka. Korea Selatan bersama Amerika Serikat sebagai sekutu utamanya, sedangkan Korea Utara sebagai negara komunis bersama China dan Soviet kala itu. 27 Juli 1953 perang berakhir dengan kesepakatan gencatan senjata masing-masing pihak. Meskipun secara teknis konflik masih berlangsung sampai sekarang.

Menariknya sutradara Lee Jung-hyo membuat film dengan latar tempat di dua negara yang dikenal berkonflik ini. Dalam film tersebut disajikan seorang putri konglomerat yang terjebak dalam sebuah kecelakaan dan tidak sengaja mendarat di wilayah korut.

Tentu saja beberapa episode menyajikan kehidupan di korut. Tentang suasana militer, gaya hidup, dan bahasa yang semua ala Korea Utara.

Padahal seperti yang kita ketahui selama ini kehidupan dan informasi seputar Korea Utara sangat terbatas untuk diakses. Sementara dalam film ini berani menampilkan sisi kehidupan negara komunis tersebut. Kritis yang disampaikan oleh cerita tersebut sangat jelas menampilkan perbedaan antara kehidupan Yoon Se-ri di Korea Selatan dengan kehidupan Kapten Ri di Korea Utara.

Meskipun secara halus diungkap, tetapi sangat jelas pada beberapa episode dialog para pemain empat tentara pasukan Kapten Ri mengulang bagaimana perbedaan di dua negara. Pasokan listrik, sinyal telepon, air dan makanan yang begitu sangat terbatas.

Begitu juga dengan pemeran ibu-ibu di sebuah desa tempat Kapten Ri bertugas. Mereka beberapa kali bercerita tentang larangan kebebasan menggunakan prodak makanan, kosmetik dan busana dari luar negeri.

Selain sisi romantis yang begitu menyayat, tetapi jelas sekali terlihat bagaimana kritik tersebut disampaikan kepada penonton. Sebagai usaha yang maksimal sang sutradara dalam memberikan gambaran tentang kehidupan nyata di korut harus dibantu oleh para pembelot dari Korea Utara (demikian dilansir oleh CNN).

Sebab tidak gampang mengetahui persis kehidupan negara Kim Jong-Un ini. Sejak konflik di semenanjung korea yang dikenal sebagai proxy war ini berakhir dengan adanya demiliterisasi korea, tidak banyak yang dapat mengetahui secara persis bagaimana orang-orang korea utara menjalani kehidupan mereka.

Informasi hanya bisa diperoleh oleh mereka yang membelot atau melarikan diri dari Korea Utara berani menyeberangi perbatasan mereka untuk masuk ke negara lain seperti Korea Selatan.

Melalui karya seni dengan film romantis tersebut kita berharap pesan kritis dapat tersampaikan kepada seluruh dunia. Harapan untuk kedua negara berdamai beberapa kali diucapkan oleh para pemain dalam cerita tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline