Lihat ke Halaman Asli

Anang Wicaksono

Menjadikan menulis sebagai katarsis dan sebentuk kontemplasi dalam 'keheningan dan hingar bingar' kehidupan.

Pilgub DKI 2017: Ahok, Batu Karang di Tengah Hempasan Gelombang

Diperbarui: 7 Februari 2016   22:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 [caption caption="Sumber foto : Tempo.co"][/caption]

Selain memang berposisi politis strategis, loncatan politik bersejarah Jokowi dari kursi DKI-1 ke kursi RI-1 pada Pilpres 2014 sangat berperan besar menambah gengsi  posisi Gubernur DKI. Tak heran dibanding pilgub-pilgub yang lain, Pilgub DKI 2017 lebih besar menyedot perhatian masyarakat dan media.

Dari berbagai survei elektabilitas, Gubernur DKI inkumben Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok masih menempatkan diri sebagai kandidat terkuat. Hal ini tidak mengherankan dan sukar terbantahkan. Berbagai prestasinya selama menangani keruwetan dan kerasnya Jakarta memang patut diacungi jempol.

Selepas ditinggal Jokowi ke Istana Negara, sebagian kalangan pada awalnya memang meragukan kemampuan Ahok. Mantan Bupati Bangka Belitung ini dinilai hanya beruntung saja karena mendapat cipratan 'pulung' dari Jokowi. Namun seiring waktu, Ahok mampu menunjukkan kapasitas dan kapabilitas dirinya. Perlahan-lahan dia bisa melepaskan diri dari bayang-bayang kebesaran Jokowi.

Langkah Ahok sangat tepat ketika ia dengan jitu menembak kasus anggaran siluman UPS yang melibatkan anggota dewan. Penataan/reformasi birokrasi dan aparatur pemerintahan provinsi DKI juga terus menerus digencarkan Ahok. Tak segan-segan ia memecat dan mengkotakkan para aparatur bawahannya yang dinilainya korup atau tidak mampu menjalankan tugasnya.

Sikapnya juga terkesan moderat dan berpihak pada publik saat menyikapi fenomena Go-Jek yang mewabah di ibukota. Kebijakannya membenahi transportasi massal -- seperti pembangunan MRT-LRT -- untuk mengurai kemacetan Jakarta juga sangat selaras dengan kebijakan pemerintahan pusat dibawah Jokowi. Ketegasannya juga patut dipuji dalam membereskan pemukiman-pemukiman liar yang menjadi salah satu penyebab banjiran tahunan di Jakarta. 

Dengan sederet prestasinya yang bisa dibilang cemerlang dan dengan demikian amat layak untuk meneruskan prestasi itu dengan masa jabatan keduanya, siapa yang sekiranya mampu menandingi Ahok di Pilgub 2017?

Sejauh ini, belum terlihat ada calon lain yang bisa menandingi sang inkumben. Ridwan Kamil memang populer di Bandung, namun nampaknya sulit untuk membawa kepopuleran itu ke Jakarta. Begitu pula Tri Risma Harini, ketenarannya di Surabaya juga sepertinya tidak mudah untuk diusung begitu saja ke ibukota RI.

Ahok seperti batu karang perkasa di tengah hempasan gelombang lautan. Tokoh kawakan seperti Yusril Ihza Mahendra, yang menyatakan diri siap untuk melawan Ahok, secara hitungan politis juga akan sulit untuk melakukan perlawanan signifikan. 

Mengapa demikian? Catat saja, prestasi Yusril selama menjabat sebagai Menkumham dimasa SBY terbilang biasa-biasa saja. Basis politiknya juga hanya terbatas di kalangan tertentu. Belum lagi dengan langkah-langkahnya sebagai pengacara yang sering kali kontraproduktif dalam menarik simpati publik. 

Dengan modal perlawanan yang begitu minim, kans Yusril nampak masih jauh dibawah Kang Emil dan Bu Risma di Pilgub DKI 2017. Tak berlebihan kiranya bila dikatakan Yusril hanya terlihat sebagai riak-riak kecil air laut yang hanya mampu membasahi kaki sang batu karang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline