Lihat ke Halaman Asli

Sportivitas Olahraga dan Tragedi Kanjuruhan

Diperbarui: 7 Oktober 2022   07:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Peristiwa kerusuhan berujung ratusan nyawa melayang di kanjuruhan Malang (1/10/2022) mencatatkan "prestasi negatif" dunia sepakbola Indonesia. Sampai hari ini, dalam urutan jiwa yang melayang tragedi Kanjuruhan menempatkan urutan ke dua setelah tragedi Estadio Nacional Disaster di Peru 1964 yang menewaskan 328 jiwa. (m.bola.net, 3 Oktober 2022) "Daftar Bencana Sepak Bola terbesar di Dunia selain tragedi Kanjuruhan, (penulis:Wiwig Prayogi)

Terlepas dari siapa yang salah dalam tragedi tersebut, tulisan ini lebih akan membahas tentang sportivitas olahraga yang menjadi biang keladi dari peristiwa tersebut. 

Sebagai guru olahraga, di sekolah menjadikan olahraga sebagai sarana kebugaran namun aktivitas olahraga juga melatih siswa untuk secara sportif menerima apapun hasil dari penilaian olahraga, terutama pada cabang permainan yang dipertandingkan. Dalam sejarahnya sulit kita menemukan adanya kecurangan, tindakan tidak sportif, apalagi sampai harus kerusuhan dalam pagelaran olahraga antar pelajar. Semua itu karena dibingkai bahwa olahraga sebagai sarana pembelajaran. Namun ketika olahraga sudah mulai menjadi profesional sering kali disitu olahraga sudah berubah tujuannya. Mulai dari urusan perut sebagai ajang prestasi, sampai tak sedikit pula yang mempolitisasi olahraga dalam rangka mendulang suara dalam pemilu! Mengembalikan seutuhnya olahraga kedalam "Khitah" sportivitas dan penanaman karakter tertentu tidak mudah,mengingat saat ini arah olahraga justru mengarah pada industrialisasi




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline