Lihat ke Halaman Asli

Konsep Sandang, Pangan, dan Papan

Diperbarui: 18 Agustus 2016   08:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

sumber : https://amirmaiyah.wordpress.com/2016/08/18/konsep-sandangpangan-dan-papan/

Ternyata para leluhur kita telah menempatkan konsep kebutuhan manusia yang sangat apik di dalam urutan “sandang,pangan dan papan”.Tidak boleh kebalik urutannya harus “sandang dulu kemudian pangan dan terakhir papan.Ini bukan masalah keduniaan yang melulu yang menganggap “sandang,pangan dan papan” adalah kebutuhan hakiki bagi manusia.

Tetapi kebutuhan manusia sekarang sudah bergeser dengan penambahan-penambahan kebutuhan bisa gadget,mobil,kulkas,mesin cuci,televisi,motor,dan lain sebagainya.Yang akhirnya kitapun meletakan kebutuhan tambahan ini selevel dengan “sandang,pangan dan papan”.
Bahkan bagi manusia sekarang konsep ingin dilihat sebagai orang baik atau kaya atau pintar malah membuat manusia semakin mengaburkan kebutuhan “sandang,pangan dan papan”.Tidak masalah tidak punya rumah asal mobil bagus dan supaya orang berfikir kepadanya ia orang sukses dan kaya karena mungkin parameter kaya dan sukses baginya adalah kepemilikan mobil.

Padahal sebenarnya dana mobil berasal dari system kredit yakni suatu keinginan yang dipaksakan meskipun dana atau uang untuk membeli belum cukup.Tidak masalah tidak makan dulu yang penting bisa gaya-gayaan memakai pakaian serba mahal,masalah makan bisalah diirit-iritkan.Meskipun untuk membeli pakaian itu kitapun harus mengeluarkan uang yang sebenarnya kita bisa mengeluarkan uang itu untuk kebutuhan lain tetapi itu tidak jadi soal yang penting bisa gaya-gayaan biar terlihat anak kota yang keren.

Sebagai manusia kita sudah morat-marit tidak jelas mengatur kebutuhan kita sendiri,yang sebenarnya penting sudah tidak begitu penting untuk jaman ini.kita seperti menciptakan kebutuhan baru yakni ingin dipandang orang sebagai orang yang lebih,entah itu supaya dilihat orang kaya,orang pintar,orang gaul,orang keren,orang bijaksana.Semuanya tersumber dengan niatan ingin dipandang orang.

Padahal jika kita mau jujur tidak ada orang yang benar-benar hebat di muka bumi ini.Orang lain boleh berfikir kepada kita,misalnya kita orang pintar atau kaya atau bijaksana dan lain sebagainya yang intinya lebih.Padahal untuk menjadi pintar,kaya,bijaksana, kita 100% bersumber dari ilham Tuhan dan kasih saying Tuhan.Orang bisa pintar karena Tuhan menganugrahkannya kepintaran.Begitu juga kekayaan,kebijaksanaan dan lain semacamnya.Semua bersumber dari anugrah dan ilham Tuhan.Jika kita melihat dari cara pandang ini maka yang patut dan harus dipuji adalah Tuhan karena Dia adalah sumber dari segala sumber.Jadi jika ada orang yang mengaku pintar,kaya,bijaksana dan semacamnya,orang itu sebenarnya sedang menggali kebodohan cara berfikirnya sendiri dan yang paling ditakutkan adalah timbulnya rasa Ujub yakni merasa lebih dari orang lain.

Mengenai urutan “sandang,pangan dan papan” yang leluhur kita mengajarkan konsep seperti ini.Harus urut dan jangan terbalik.Mengapa sandang lebih diutamakan daripada papan.Kita harus mempelajari dari belakang yakni papan kemudian pangan dan baru kemudian sandang.Tidak begitu masalah kita tidak punya rumah toh kita bisa ngontrak atau ngekos tetapi jika kita tidak makan maka akan menjadi masalah.

Pangan kita ibaratkan kepentingan dunia artinya kita juga harus mengejar dan memperjuangkan dunia.menuju ke konsep sandang,tidak masalah kita tidak makan tetapi kita wajib bersanding berpakaian.sandang mencerminkan akhlak atau etika.Selaras dengan Tujuan Rosululloh SAW yang diutus ke dunia untuk menyempurnakan akhlak dan akhlak yan terbaik adalah islam yang sebagai jalan kebahagiaan dunia dan akherat.Itu artinya kita juga wajib memperjuangkan kepentingan akherat kita.

Dari runtutan penjabaran itu nyata benar dan indah benar para leluhur kita mengkonsep kebutuhan pokoknya.Bahwa sebenarnya tidak terletak di sandang,pangan dan papan tetapi tentang konsep bagaimana kita menyikapi dan memperjuangkan kebutuhan dunia dan akherat kita.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline