Lihat ke Halaman Asli

Aminuddin

Jurnalis purna

Bercerai atau Tidak, Lebih Baik Tidak Bercerai

Diperbarui: 1 Maret 2022   13:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keluarga harmonis | Foto: sehatq.com

KITA patut perihatin dengan melonjaknya kasus perceraian yang terjadi di daerah Ka bupaten Muaraenim, Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel).

Hal ini dikarenakan perceraian antara orangtua justru berimbas pada anak-anak kita, menjadi diremehkan dan boleh jadi kurang kasih sayang. 

Yang paling menyakitkan adalah dibully teman sekolah, apalagi penyebab perceraian itu dikarenakan kehadiran orang ketiga alias selingkuh. 

Hal ini juga berdampak traumatik pada diri anak. Dan bukan mustahil, setelah melihat orangtua mereka bercerai, cita-cita yang dulunya jadi idaman, akan pupus di tengah jalan. 

Seiring dengan banyaknya liku dan pen deritaan yang dialami setelah orangtua bercerai dengan menyandang status baru di masyarakat sebagai anak broken home. 

Bagaimana dengan Muaraenim? 

Dari catatan PA Kelas I-B Muaraenim, ada beberapa faktor penyebab terjadinya perceraian. 

Yang paling tinggi adalah perselisihan dan pertengkaran yang terus menerus (604), faktor ekonomi (122), mabuk (miras) 68 kasus, me ninggalkan salah satu pihak 61 kasus, KDRT 56, judi 49 kasus dan dihukum penjara sebanyak 49 kasus. (Sripo edisi Selasa, 1/3/2022) 

Dari sekian banyak kasus itu, ternyata faktor ekonomi yang selama ini mendominasi tidak lagi menempati urutan utama. 

Tapi justru perselisihan dan pertengkaran yang terus menerus lah menjadi pemicu utama terjadinya keretakan dalam rumah tangga. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline