Lihat ke Halaman Asli

Perempuanlah Penyebab Korupsi

Diperbarui: 24 Juni 2015   23:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

jackysupit.blogspot.com

[caption id="" align="aligncenter" width="432" caption="jackysupit.blogspot.com"][/caption]

Dibalik pria sukses pasti ada wanita hebat di belakangnya...

Banyak manusia yang menjadi sukses karena dukungan dari perempuan yang menjadi istrinya. Sebaliknya, tidak sedikit juga laki-laki yang jatuh dan hancur karena perempuan yang dinikahinya. Karena sebuah pernikahan adalah upaya penyatuan dua kekuatan yang jika berhasil melakukannya maka keberhasilan pun akan kita raih (meski harus terlebih dahulu - dan juga memakan waktu yang tidak sebentar - melewati berbagai halangan).

Kalimat bijak di atas rupanya telah diimplementasikan di instansi-instansi pemerintahan negeri ini secara konkret. Pernah dengar Dharma Wanita?? Ini adalah organisasi kumpulan  ibu-ibu yang notabene adalah istri pegawai instansi pemerintah. Lihat saja jika pejabat sedang dilantik pasti ada sang istri disampingnya. So sweet banget deh pokoknya... hehehe... Saya sendiri tidak pernah jadi anggotanya karena kebetulan suami saya bukan PNS atau pegawai BUMN.

****

Dulu jaman orde baru semua istri PNS dan BUMN wajib ikut yang namanya dharma wanita. Tidak terkecuali ibu saya yang kebetulan suaminya alias bapak saya kerja di PT. KAI (dulu PJKA). Dharma wanita memiliki struktur organisasi yang disusun seperti struktur jabatan para suami. Misalnya kalau suami menjabat sebagai kepala stasiun maka otomatis istrinya juga menjabat sebagai ketua dharma wanita. Sebulan dua kali ada acara arisan sebagai ajang ngumpul para ibu-ibu ini.

Ibu saya adalah seorang wiraswasta, menjahit dan memiliki sebuah toko kecil untuk membantu perekonomian keluarga karena bapak saya hanya pegawai biasa. Dengan profesi ibu sebagai penjual jasa (menjahit) maka tidak ada waktu luang yang dimiliki ibu apalagi untuk acara kumpul-kumpul seperti arisan plus ngerumpinya. Maka bisa ditebak, ibu saya nyaris jarang hadir di acara dharma wanitanya. Suatu hari ibu ditegur oleh ibu ketua, ketidakhadiran ibu dipertanyakan.

Bu bos menekankan bahwa ketidakhadiran anggota akan berpengaruh pada karier suami. Reaksi ibu saya saat itu biasa saja tidak khawatir sedikitpun. Toh, kalaupun terjadi apa-apa dengan karier bapak seperti ancaman ibu bos tadi, keluarga masih bisa bertahan hidup karena usaha ibu. Lalu ibu bercerita pada bapak tentang "ancaman" si ibu bos, reaksi bapak saya waktu itu tertawa sambil berkata," Ibu-ibu koq ikut campur urusan kantor.."

****

Itu cerita tentang kegiatan dharma wanita sekitar tahun 90-an sebelum reformasi. Kabarnya setelah reformasi organisasi ibu-ibu yang dinamakan dharma wanita ini tidak lagi wajib. Tapi ternyata tidak demikian kenyataannya, saudara saya yang kebetulan suaminya bekerja di sebuah BUMN mengalami hal yang sama dengan ibu saya. Ini terjadi pada sekitar tahun 2005. Ada semacam intimidasi oleh istri atasan jika tidak aktif atau berusaha tidak taat dalam organisasi ini. Namanya bukan lagi dharma wanita tapi struktur organisasinya masih sama yaitu jabatan istri dalam organisasi sama dengan jabatan suami di kantor.

Apa saja kegiatan dari organisasi ibu-ibu ini? Sebenarnya banyak hal positif yang mereka lakukan, misalnya saja bakti sosial, pengajian, arisan dan lain sebagainya. Tapi kalau lagi ngumpul (biasanya sembari menunggu), kesibukan para ibu ini tidak jauh dari hal-hal yang bernama saingan entah dalam hal penampilan semacam busana dan pelengkapnya bahkan 'ngerasani' urusan kerja suami di kantor entah soal karier suami atau masalah-masalah lain semisal gaji yang sebenarnya tidak layak dipulikasi karena bersifat confidential.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline