Lihat ke Halaman Asli

Konstan Aman

Penulis, Petani dan Guru Kampung (PPG)

Prospek Kesejahteraan dari Buah Durian yang Menuai "Jatuh Bangun"

Diperbarui: 25 Januari 2023   09:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Potret Durian Kampung (Kredit Foto: Portonews.com) 

Mulai pertengahan Januari kemarin, kampung saya dipenuhi oleh wabah manis yakni aroma si duri manis alias buah duren. Hal ini terjadi lantaran hampir semua pohon durian yang tersebar di seantero kampung sudah pada masak dan mulai runtuh pelan-pelan. Sesuatu yang sangat menggembirakan tentunya, sekedar pelapis dahaga di tengah peristiwa kekeringan yang mendera sawah-sawah milik warga. Ibarat oase di tengah gurun. Kira-kira begitu.

Realitas menunjukkan bahwa pada tahun ini hampir semua petani di kampung sudah mulai memanen buah duriannya masing-masing. Dibanding sebelumnya hanya mentok segelintir orang saja, karena memang mereka sudah menanamnya sejak dulu. Nah, sekarang atau tepatnya beberapa tahun terakhir tanaman ini sudah hampir dimiliki masing-masing orang dan sudah mulai dinikmati buahnya langsung dari kebun masing-masing.

Yah, sekalipun rata-rata jumlahnya tidak sekelas budidaya, tetapi bisa dikategorikan berhasil turut memanen buah durian.

Sebagian besar jenis durian yang ada rata-rata serupa atau sama yakni berjenis lokal, dengan ciri-ciri pohon sangat besar dan tinggi. 

Ada yang tumbuh di antara komoditas lain di kebun. Seperti yang paling lumrah yakni di antara komoditas pisang, kopi, vanili, cengkeh dan kakao. 

Karena memang hampir tidak ada kebun yang dikhususkan untuk tanaman durian saja. Bisa jadi tersebab oleh pola bertani yang masih sangat heterogen yakni, menanam komoditas lebih dari satu jenis pada lahan yang sama. 

Kenyataan lain juga menunjukkan bahwa tanaman ini tidak hanya tumbuh di kebun tetapi juga banyak yang tumbuh di sekitar pekarangan rumah dan sangat dekat dengan rumah. Ada yang tumbuh dan menjulang di belakang dapur atau di samping rumah bahkan di depan rumah. Pemandangan yang sangat lumrah dijumpai pada sebagian rumah warga di kampung.

Salah satu kelebihannya ya, agar dapat dengan mudah melakukan pengontrolan tiap saat terutama terhadap serangan para predator alias pencuri. Sebab barang yang satu ini mampu menggiurkan hasrat-hasrat 'nakal' setiap orang. terutama karena pundi-pundi rupiah yang diperoleh darinya.

Namun kekurangannya pun justru menjadi bumerang yang sangat berbahaya. Seperti tak jarang atap rumah selalu bocor hingga yang paling ngeri yakni merumahsakitkan orang-orang yang berlalu lalang di bawahnya terutama anggota keluarga pemilik dari si duri manis itu. Jadinya bukan manis lagi melainkan pedih, menyakitkan dan tragis.

Prospek Ekonomi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline