Lihat ke Halaman Asli

Amak Syariffudin

Hanya Sekedar Opini Belaka.

Lumbung Pangan Jangan Gagal

Diperbarui: 22 Oktober 2020   12:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Presiden Joko Widodo didampingi Plt Gubernur Kalteng Habib Ismail (kiri) dan Kepala Kantor Staf Moeldoko (kanan) saat menyampaikan siaran pers seusai kick off program food estate di Desa Belasti Siam, Kecamatan Pindih Batu, Pulang Pisau, Kalteng (8/10/2020) (Dok. Protokol Pemprov Kalteng)

Mengapa lumbung pangan jangan gagal? Proyek yang dicanangkan Presiden Jokowi meliputi areal seluas 30 ribu hektar untuk persawahan dan ladang di Kalimantan Tengah yang dinamainya "Proyek Lumbung Pangan" dan yang telah ditinjaunya (7/10) itu haruslah terwujud. Jangan sampai kemudian berhenti atau mangkrak.  

Jangan sampai ada opini kelompok yang menganggap proyek itu cuma dijadikan proyek politik atau propaganda. 

Kalau Jokowi menyatakan areal persawahan itu dikerjakan mulai tahun ini dengan pola pertanian modern, hendaknya benar-benar dilaksanakan. Sekurang-kurangnya mulai awal tahun 2021. Mengapa pencanangan dan pernyataannya harus ditepati?

Pertama, Badan Pangan Sedunia (FAO) memperingatkan tahun depan sekurang-kurangnya 3 negara di Afrika akan kekurangan pangan. Tentu dikaitkan dengan pandemi dampak covid-19. 

Kedua, terjadinya  perubahan iklim/cuaca dunia oleh pemanasan global, sehingga bisa berpengaruh pada sumber pangan seperti persawahan dan perkebunan. 

Ketiga, proyek pengadaan/lumbung pangan itu sudah pernah dicanangkan, tetapi sangat cacat. Yakni program yang dinamai "Proyek Sejuta Hektar Sawah" yang dicanangkan oleh Presiden Suharto untuk kawasan yang sama sekitar tahun 1980-an. 

Hutan alam yang lebat di Kalteng dibabat habis, sehingga merubah tata kehidupan alam dan satwa asli Kalimantan seperti orang-utan, beruang madu, kera bekantan dan lain-lain. 

Ternyata, sesudah gundul, proyek sawahnya tidak jadi, tetapi digantikan kepemilikan perkebunan kelapa sawit dan lain-lain oleh para kroninya. Sisanya mangkrak menjadi belukar gambut ataupun rawa. 

Kalau Anda dari Banjarmasin (Kalimantan Selatan) menuju Palangkaraya (Kalimantan Tengah) lewat jalan darat atau sungai, bila mulai menginjak kecamatan Pulang Pisau, lepas dari kawasan transmigran dan kota kecamatan, maka akan melalui jalanan yang seolah lewat di jalanan padang yang luas terdiri dari rawa dan padang gambut. 

Kawasan yang luas itu selalu terancam banjir di musim hujan ataupun apabila permukaan sungai Barito meninggi. Sedangkan di musim kemarau, bahaya kebakaran belukar gambut selalu timbul. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline