Lihat ke Halaman Asli

Keharmonisan Agama di Desa Buntu: Contoh Nyata Toleransi Antar Umat Beragama

Diperbarui: 27 Maret 2024   06:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi

"Memuliakan manusia, berarti memuliakan penciptanya. Merendahkan dan menistakan manusia berarti merendahkan dan menistakan penciptanya".

Bukti nyata dari kutipan yang dituturkan oleh Abdurrahman Wahid atau Gus Dur terwujud melalui kehidupan keluarga Bapak Tuwarno di Desa Buntu,  Wonosobo, Jawa Tengah.

Keluarga yang hangat dan harmonis dalam perbedaan. Sang ayah yang mempercayai agama Budha, ibu dan anaknya meyakini agama Katolik serta menantu yang menganut agama Islam.

Desa Buntu adalah contoh yang luar biasa dari harmoni antar agama dan keberagaman di Indonesia. Dengan keberadaan empat  tempat ibadah, termasuk yang mewakili aliran Muhammadiyah dan NU. Mushola pada bagian bawah desa disediakan khusus untuk umat Islam yang mengikuti aliran Muhammadiyah, sementara sebuah mesjid di area yang sedikit lebih tinggi beraliran NU. Terdapat juga Gereja Katolik dan Vihara yang memungkinkan warga untuk beribadah tanpa harus meninggalkan wilayah desa. Selain rumah ibadah, terdapat pula lahan yang dijadikan pesantren. Pesantren ini dirawat oleh sebuah keluarga secara turun-menurun.  

Saat ada acara keagamaan, masyarakat yang merayakan akan menyambut tamu yang datang ke rumah untuk mengucapkan selamat. Setelahnya mereka akan berbincang bersama ditemani dengan secangkir teh. Kerabat yang datang bisa sampai lima keluarga. Mereka ingin ikut berbagi kebahagiaan di hari istimewa. Kegiatan makan bersama saat acara keagamaan sering juga diadakan. Bukan hanya masyarakat desa,  warga di luar Desa Buntu seringkali diundang untuk ikut serta merayakan.

“Selain kegiatan berkeliling dan makan bersama, masyarakat Desa Buntu juga melakukan kegiatan Siskamling saat dibutuhkan.” ungkap Bu Murni, salah satu warga Desa Buntu. Saat bulan Ramadhan, ketika umat Islam melaksanakan sholat tarawih berjamaah di Musholla, Komunitas Pemuda Katolik ikut menjaga keamanan desa. Mereka bekerjasama untuk memantau keluar-masuknya kendaraan agar umat Islam yang tengah beribadah tidak lengah. Sebaliknya pada bulan Desember saat umat Nasrani merayakan Natal, warga yang tidak merayakan akan bekerjasama untuk menjaga keamanan desa selama umat Kristen-Katolik beribadah dan merayakan hari istimewa mereka.

Menurut pandangan sosiologi, lembaga yang memegang peran penting dalam pembahasan ini adalah lembaga agama. Lembaga agama membimbing individu untuk memahami apa yang benar dan salah. Dalam buku "Sosiologi: Memahami dan Mengkaji Masyarakat" karya Janu Murdiyatmoko, peran lembaga agama dalam ranah sosial adalah menciptakan ikatan bersama, baik di antara anggota masyarakat maupun dalam tanggung jawab sosial untuk mempersatukan, sebagaimana dilakukan oleh masyarakat Wonosobo: saling menjaga, menyayangi, dan peduli dengan sesama tanpa memandang latar belakang mereka.

Keharmonisan antar umat beragama di Desa Buntu bagaikan oase di gurun pasir. Mengingat banyak konflik antar umat beragama terjadi di Indonesia. Padahal semua umat beragama dan semua suku punya andil besar atas kemerdekaan Indonesia. Memelihara kerukunan dan kasih sayang ditengah keberagaman agama dan keyakinan  adalah contoh nyata dari pentingnya menghormati antar sesama, terlepas dari perbedaan keyakinan agama.

Dok. pribadi

Dok. pribadi




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline