Lihat ke Halaman Asli

Sayyid Jumianto

Menjadi orang biasa yang menulis

Seratus Tahun Jejak Soeharto Dulu dan Kekinian (2): Selamat Ulang Tahun, Pak!

Diperbarui: 8 Juni 2021   10:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok.pri. Suasana biasa didepan musium Soeharto pagi ini

Seratus tahun jejak Soeharto dulu dan kekinian (2) : Selamat ulang tahun pak

Sayyd jumianto

"Tanpa karangan bunga"
"Tanpa ucapan selamat"
"Tanpa  perayaan"

Jejak rezim bisa jadi tidak begitu saja terhapuskan walau secara biologis sang penemu ideologi telah tiada beruntunglah kita mempunyai dua pemimpin kuat di negeri ini yang di segani kawan maupun lawan salah satunya Soeharto dengan ideologi Soehartoisme yang berakar langsung pada Pancasila dengan penafsiran Ekaprasetya pancakarsa dan menolok ideologi komunis marxisme leninisme yang hampir saja menggantikan pancasila dibumi nusantara ini.

Apakah harus diupakan?
Mengapa demikian?
Bagaimana sebaiknya?

Tiga pertanyaan setelah 23 tahun reformasi dengan satu tujuan ganti rezim soeharto tampaknya menemukan kelemahannya sendiri ideologi soehartoisme ternyata masih dipakai dihampir keluasaan pergantian ketujuh presiden  setelah reformasi ini. Semua berlandaskan "demokrasisasi" sehingga lupa perjuangkan rakyat kecil demi pertumbuhan ekonomi dan ini sekali lagi terlihat ketika pandemi covid 19 ini semakin yakin bahwa semua kedodoran dalam semua lini kehidupan saat ini. Tetapi tetap bisa diatasi karena cerdasnya penguasa saat ini.

Saya tetap membumi membahas tentang pak Harto, ketegasan dan kewibawaanya juga punya sisi kelemahannya saat menjabat presiden di negeri ini.

Di ulang tahun ke seratus hari ini bisa jadi banyak "warisan" yang baik, benar, dan bisa kita jadikan sebuah acuan dan juga bisa jadi ada yang tidak bermanfaat bagi kita coba kita tinggalkan untuk lebih baik.

Soeharto tanpa kita sadari  menumbuhkan karakter yang kuat dalam mencintai tanah air dan bisa bersikap tegas atas apa yang dinamakan dengan menangani rorongam (pemberontakam, sparatis ) baik dari dalam maupun luar negeri inilah yang dinamakan di hormati kawan dan disegani lawan dan lihatlah di era reformasi ini nampaknya kita masih jauh panggang dari api, sikap kita  malah semakin lupa jati diri bangsa ini. 

Lihatlah betapa otonomi khusus papua dan setelah kita hampir punya saham 100% di freefort akhirnya tidak sejahtterakan rakyat papua malam timbulkan KKB dan sparatisme yang diam-diam di danai dari luar negeri yang tidak suka dengan tenteramnya bangsa ini. Bukti kita masih mudahnya di anggap sepele bangsa lain di era reformasi ini.

Ideologi unik Soeharto sekali memang sudah tergusur oleh orde reformasi dan ideologi demokrasasi disemua lini tetapi sekali lagi tanpa kita sadari masih dipraktekan hingga kini, kkn baru, korupsi baru dengan mode baru juga cara baru lebih canggih, bila  di kancah politik sekejam sekejam era Soeharto lebih kejam sekarang karena "menguliti hidup-hidup lawan maupun kawan" lewat media sosial dan riwayat hidup yang telah dulu demi kekuasaan dan kursi yang mau diraihnya. Fitnah dijalankan demi kemenangan partainya dan individulisme di kedepankan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline