Lihat ke Halaman Asli

Agama, Ekstrimisme dan Remaja

Diperbarui: 25 September 2018   08:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ditulis oleh Arif Voyager

Tulisan ini saya awali dengan menceritakan pengalaman yang saya dapat pada 2014 lalu kala masih menjadi mahasiswa Universitas Surya di Tangerang. 

Pertama kali masuk dan mendapatkan matakuliah agama, saya diwajibkan untuk mempelajari enam agama; Budha, Hindu, Islam, Katolik, Khonghucu, Kristen. 

Setiap minggu materi agama di ganti bergiliran dengan tujuan agar seluruh mahasiswa memiliki toleransi yang tinggi. Walau dengan perjanjian dosen agama tidak boleh membawa ayat suci saat mengajar agama, tentu kami sebagai mahasiswa selalu tertantang dalam diskusi, sehingga senang membahas agama sambil membawa ayat suci di agama kami masing-masing.

Dinamika diskusi kami sangat lah cair. Saat mata kuliah Agama Budha, kami mempersoalkan apakah agama budha itu sebenarnya 'Agama' atau bukan? Kami membahas kelahiran Tuan Sidarta Gautama di mana semasa hidup, dia selalu berintrospeksi yang membuat dia mengambil keputusan untuk meningalkan keduniawian, membahas karunia yang dia miliki, sampai mendiskusikan keputusan Sidarta yang mengajarkan ajaran hidup yang ia pahami ke manusia lain. 

Hingga satu kesimpulan yang mengejutkan kami semua dan itu disimpulkan oleh rekan rekan Bhudis kami yang menyatakan Budha bukan lah 'Agama' yang disepakati selama ini; ada kitab suci, nabi, dan tuhan yang diimani. Budha adalah ajaran hidup. Walaupun akhirnya ada kitab, tapi secara nilai budha adalah ajaran hidup. Diskusi tidak berhenti sampai di sana. 

Saya mempelajari lebih dalam ajaran Budha karena satu alasan. Saya membutuhkan ketenangan dan cara tenang di ajaran Budha sangat membuat saya ingin menguasai nya.

Lain hal nya Katolik dan Kristen, dua agama yang selalu di claim bagi orang awam adalah agama yang sama. Hal yang paling menarik saat saya mempelajari dua agama tersebut di Surya adalah para Mahasiswa Kristen dan Katolik selalu berbeda pandangan dan sesekali terjadi konflik. 

Ya, di saat itu terjadi saya berpikir, lho, ternyata bukan hanya islam saja yang selalu ada konflik. Banyak sekali wawasan yang saya dapat terkait Kristen dan Katolik di mulai dari simbol peribadatan mereka yang berbeda, penyebutan dalam peribadatan yang berbeda, sampai cara mereka mengukuhkan diri mereka juga berbeda. 

Tentu jika di tarik garis ke belakang dan menelisik kembali sejarah, sebenarna Kristen (Protestan) dan Katolik berpusat dalam satu ajaran yaitu katolik.

Namun pada masa itu ada seorang tokoh bernama Martin Luther yang semasa hidup nya dilewati dengan melakukan banyak perenungan yang berpandangan bahwa manusia dapat memahami makna kehidupan hanya dengan membaca Alkitab dan disertai dengan iman. Sedangkan pada zaman itu, Gereja Katolik menggunakan sakramen-sakramen dan pelayan-pelayan gereja untuk menyalurkan rahmat keselamatan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline