Lihat ke Halaman Asli

Alfonsius Febryan

Mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Teologi 'Fajar Timur'-Abepura, Papua

Rutinitas Pikiranku

Diperbarui: 4 Februari 2021   10:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Secara tradisional, analisis tentang pengetahuan mengakui bahwa apapun yang dikenal harus benar dan bahwa apapun yang diketahui seseorang juga dipercayai. Kondisi ini dianggap perlu tetapi tidak cukup untuk pengetahuan, dan suplemen yang ada, diajukan sebagai alternatif supaya dapat memberi kondisi yang perlu dan cukup. 

Hingga secara normative melalui seperangkat kondisi yang ditawarkan kita akan mulai bertanya mungkinkah terdapat hubungan logis yang mempertahankan usulan yang tidak diawali dengan mengetahui atau mempercayai tidak dapat ditempatkan secara langsung berdasarkan kondisi yang perlu dan cukup itu? 

Hal ini tentu menjadi pergumulan ketika membahas pola pengertian terkait pengalamanku, yakni tentang mobil di depanku menyalakan lampu sen ke kiri, apa yang diterima oleh pikiranku apakah aku mempercayai bahwa pengemudi di dalamnya memang hendak akan berbelok ke kiri ataukah karena aku mengetahui bahwa lampu sen ke kiri adalah tanda bagiku untuk perlahan berpindah lajur ke kanan dan memberi jarak agar dapat berbelok secara lebih leluasa?

Kenyataannya, asal usul itu bergantung pada berbagai norma dan kompetensi, atau mungkin juga harapan dari pelbagai kondisi sebagaimana kita imajinasikan pada pikiran kita. 

Sontak hal ini tak terkatakan bila dalam situasi dan kondisi saat sedang menjalani hal tersebut, namun ketika tak lagi berada di dalamnya akan ada suatu pengenalan yang lebih dalam melalui introspeksi, bahwa mungkinkah ada hubungan yang agak isomorfik antara pengetahuan yang dapat dipercaya dan pengetahuan yang diketahui. 

Itu sebabnya ada baiknya ngoceh dengan pikiran sendiri, agar lebih mengenal secara mendalam akan rutinitas berpikir di sela waktu ini serta mulai mendirikan asas-asas koherensi atau perbedaan di dalamnya, sehingga siapapun dapat membaca hal ini kiranya mendapat sedikit batu loncatan demi menguji pikirannya sendiri.

Dinamika kepercayaan dan pengetahuan

Menjelaskan apa yang dimaksud dengan pengetahuan merupakan kepedulian inti dari filsafat. Hal ini secara sederhana disebabkan karena pengetahuan harus ada, sekarang atau mungkin ada ketika penjelasan sejenis dilakukan. 

Pada mulanya konsep pengetahuan secara sistematik memusatkan perhatian kepada apa saja yang mungkin dapat dikatakan tentang hakikat dunia esternal, hakikat alat perantara manusia, dan tentang cara mereka berinteraksi dengan apa saja yang mereka bedakan di dunia, khususnya yang berkaitan dengan penggunaan bahasa. 

Ada sebuah kesulitan, yakni bahwa oleh karena rasa kebersatuan dari seseorang yang mengatakan sesuatu dapat segera dipaksakan dalam penyelidikan-penyelidikan filsafat yang dilakukan dengan menghadirkan berbagai masalah yang dihubungkan dengan suatu konsep penting yang lain. 

Bahkan, dengan menekankan pada penyelidikan, asal usul pengetahuan menurun atau mundur dari sudut kepentingannya, dan hubungan-hubungan konseptual lainnya secara nyata muncul untuk membentuk dengan lebih meyakinkan berbagai teori paling besar yang pernah dimiliki. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline