Lihat ke Halaman Asli

Alex Japalatu

TERVERIFIKASI

Jurnalis

Kisah Burung Berkepala Dua di Candi Mendut

Diperbarui: 6 Desember 2022   09:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Candi Mendut di Mungkid, Magelang, Jawa Tengah (Sumber: Kompas.com)

Khotbah atau renungan yang dibawakan oleh Uskup Agung Jakarta, Ignatius Kardinal Suharyo, selalu saya simak. Isinya ringkas dan bernas. Tak lebih dari sepuluh menit. Saya menyukai khotbah-khotbahnya sejak lama, ketika beliau masih sebagai Uskup Agung di Semarang dan saya kerap meliput ke gereja-gereja di sana.

Dari beliau pula saya mendengarkan kisah tentang relief "Burung Berkepala Dua" di Candi Mendut di Magelang, Jawa Tengah. Saya ceritakan ulang secara bebas:

Seekor burung berkepala dua. Satu kepala di atas dan yang lain di bawah. Kepala bagian atas selalu mendapatkan makanan yang enak-enak karena posisinya, sementara kepala yang bawah hanya mendapatkan sisa-sisanya.

Suatu kali kepala bagian bawah protes. Ia berkata:

"Kawan, bolehkah saya juga diberi makanan yang enak, bukan hanya sisa-saisanya saja?"

Kepala bagian atas menjawab:

"Kawan, bukankah kita ini satu tubuh. Apa yang saya makan, juga ikut kau rasakan," kata dia.

Tetapi karena bosan terus diperlakukan seperti itu, pada suatu hari kepala bagian bawah menelan buah beracun. Matilah burung berkepala dua itu!

=000=

Kisah di atas bisa kita tafsir secara berbeda-beda. Namun satu pesan kuat dapat dipetik dari sana yakni, hidup berbagi satu sama lain. Hidup tidak hanya memikirkan diri sendiri.

Jika “kepala atas” terus mengabaikan “kepala bawah”, secara sosial kita akan menjadi burung berkepala dua yang akan mati bersama-sama.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline