Lihat ke Halaman Asli

Lengkungan Surga

Manusia yang manusia

Ruang dan Waktu

Diperbarui: 9 Mei 2023   22:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fid.wikipedia.org%2Fwiki%2FSeneca_Muda&psig=AOvVaw0Out1hczEYzz0vxQtp9Mjd&ust=1683733127337000&source=

Cobalah pertimbangkan usia kota-kota itu, kau akan menyadari kota-kota yang membanggakan kecantikannya sekalipun, hanya bertahan dalam waktu singkat. semua urusan sangatlah pendek, sementara terbatas pada repihan ruang waktu yang kekal. hanya ada satu cara agar kita bisa mengatakan hidup yang kita jalani panjang: apabila kita merasa cukup. -Seneca, How To Die.

Pada kenyataan ini saya menyadari bawa apa yang telah terjadi pada kehidupan manusia hanya terbatas pada ruang dan waktu yang tentu saja waktu dan ruang sama sekali tak terbatas. kenyataan hanya hidup  dalan waktu singkat maupun panjang hanya di dasarkan pada rasa syukur dan cukup. kalian juga tau bawa yang hidup adalah yang berani untuk membuat hidup penuh syukur dan cukup, terlepas dari rasa nafsu alamiah manusia. 

Saya mengungkapkan ini dari sudut pandang yang sebenarnya masyarakat dan semua kalangan mengerti, sebab  dalam suku Jawa telah mengenal falsafah  "urip mung mampir mangan lan ngombe".  (hidup hanya singgah makan dan minum)   yang di maksud adalah bahwa hidup hanya terlalu singkat seperti kita datang  hanya untuk makan dan minum.  perlu di garis bawahi atas kesadaran hidup menurut falsafah ini mengupayakan hidup penuh dengan rasa cukup dan syukur dikarenakan apa yang kita hendak kita jalani dalam hidup ini berfokus pada apa yang lebih dominan antara baik dan buruk, yang kurang lebih sama seperti Seneca ungkapkan. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline