Lihat ke Halaman Asli

Alexander Fiandre Readi

Mahasiswa S1 Hospitaliti dan Pariwisata Angkatan 2017

Mungkinkah Ada Work-Life Balance Zaman Sekarang?

Diperbarui: 27 Januari 2021   22:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi stres dengan pekerjaan. (Gambar oleh Lukas Bieri dari pixabay)

Masih asing dengan kata Work-Life Balance? Work-Life Balance singkatnya adalah keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi diluar pekerjaan. 

Seseorang dikatakan memiliki Work-Life Balance ketika dia dapat memenuhi kewajibannya dalam pekerjaan, keluarga, maupun kehidupan sosialnya. 

Kerja beres, akur dengan keluarga, masih bisa hangout dengan teman dan punya waktu pribadi. Idaman sekali, tapi apakah itu semua hanya mimpi?

Kita semua pasti akan mengalami hidup dalam dua kubu. Kubu pekerjaan dan kubu kehidupan sosial. Di satu sisi kita memiliki pekerjaan yang harus kita tuntaskan, lalu di sisi lain kita memiliki kehidupan sosial, keluarga dan teman. 

Kedua kubu sama pentingnya dan kita harus jaga keseimbangannya, namun terkadang hal itu tidak memungkinkan.

Belakangan ini netizen marah lagi dengan cuitan twitter salah satu stand-up comedian terkenal yang dari tweet-nya beliau menyatakan bahwa Ia masih mengirimkan pesan terkait pekerjaan pada karyawannya jam 12:44 dini hari. Tak kuasa jempol netizen ramai-ramai membalas tweet-nya.

Beberapa dari kita mungkin ada yang memiliki bos seperti itu, yang kapanpun dimanapun urusan pekerjaan nomor satu. Hal sesepele menanyakan pekerjaan di waktu kita seharusnya istirahat dapat memaksa kita untuk berpikir kembali tentang pekerjaan. Hal ini dapat merusak Work-Life Balance kita. 

Normalnya kita bekerja 8 jam dalam sehari, namun karena terus dibombardir deadline, tidak jarang kita harus bekerja ekstra dan mengambil waktu kerja lebih. Beberapa pekerjaan dalam sektor tertentu juga memiliki jam kerja yang 'amburadul'. 

Hal ini dapat menimbulkan ketimpangan antara dunia kerja dan dunia sosial kita. Pekerjaan kita akan mengambil porsi waktu yang akan kita habiskan untuk keluarga atau teman dan membuatnya lebih dominan. 

Selain itu, bekerja lebih lama berkemungkinan menyebabkan stres yang dapat menimbulkan konflik dalam pekerjaan maupun dalam keluarga.

Contoh tadi adalah jika kehidupan kerja lebih dominan. Ada juga saat dimana kehidupan sosial yang lebih dominan. Misalnya saat seseorang ada dalam keadaan harus merawat anaknya atau orangtuanya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline