Lihat ke Halaman Asli

Aldion Wirasenjaya

Journalism is fun

Jangan Beli Mobil Listrik!

Diperbarui: 1 November 2019   21:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi kendaraan listrik. (thepubliceditor)

Judul di atas bukan bermaksud untuk memprovokasi. Dan saya juga tidak sedang marah-marah. Untuk lebih jelasnya, mari simak skenario berikut ini.

Ben baru saja selesai bekerja, dan ia sedang dalam perjalanan menuju rumahnya di Sonoma County, Los Angeles, Amerika Serikat, dengan mengendarai mobil listrik Tesla Model S.

Di tengah perjalanan, ia menyadari bahwa tenaga baterai kendaraan mahalnya itu tinggal tersisa 10%. Ia lantas memutuskan mampir ke stasiun bahan bakar guna menambah daya.

Untuk diketahui, di AS ada beberapa stasiun pengisian bahan bakar yang menyediakan 'dispenser' bagi kendaraan listrik (electric vehicle/EV). "Sekalian mampir untuk beristirahat sejenak," tukas Ben dalam hati. Mengingat perjalanan dari kantor ke rumahnya berjarak sekitar 30 mil (48 km).

Namun, apa daya. Ketika tiba di lokasi, ia melihat sejumlah EV yang tengah menunggu giliran untuk mengisi baterai. Akhirnya Ben memutuskan untuk langsung tancap gas pulang ke rumah.

Sekitar 1 kilometer sebelum tiba, pria paruh baya itu melihat cahaya merah di balik bukit. "Kebakaran masih jauh, mudah-mudahan api segera padam," gumam Ben lagi. Api yang dimaksud Ben adalah kebakaran hutan yang tengah melanda Negara Bagian California.

Sesampainya di rumah, Ben menyempatkan waktu untuk bercengkrama bersama anak dan istrinya sebelum kemudian mereka beranjak tidur. Saat ketiganya terlelap, ternyata angin kencang bertiup sehingga membuat api bertambah besar.

Sialnya, hembusan angin kering yang menggiring api itu mengarah ke wilayah pemukiman penduduk yang ditinggali Ben dan keluarganya.

Sekitar pukul 05.00, sirine pertanda bahaya meraung, membangunkan warga yang kemudian panik. Mereka tidak menyangka harus menjalani evakuasi dini hari. Secara terburu-buru, Ben dan keluarganya bergegas menyiapkan barang-barang seadanya untuk dibawa mengungsi.

Setelah memasuki Tesla kesayangannya, mata Ben terbelalak melihat jumlah daya baterai mobilnya yang tinggal 5%. Itu tandanya ia tidak bisa menggunakan kendaraannya melewati perbukitan.

"Sayang, aku lupa me-recharge mobil kita," keluh Ben pada istrinya. Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga, perusahaan Pacific Gas & Electric (PG&E), semacam PLN-nya AS, memutus aliran listrik di wilayah itu untuk mencegah meluasnya api serta rusaknya jaringan.    

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline