Lihat ke Halaman Asli

Aldentua S Ringo

Pembelajar Kehidupan

Refleksi untuk Amien Rais: Setiap Orang Ada Masanya, Setiap Masa Ada Orangnya

Diperbarui: 13 Mei 2020   16:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Amien Rais saat menjabat Ketua Majelis Pertimbangan Partai Dewan Pimpinan Pusat Partai Amanat Nasional (TRIBUNNEWS/DANY PERMANA)

Catatan dan refleksi untuk Amien Rais dan Partai Barunya.

Ketika mendapat kabar tentang seorang teman yang mengundurkan diri dari direksi perusahaan negara, saya mengirim WA menanyakannya. "Kenapa mundur, Bro? Ada apa?" demikian WA saya. Tak lama kemudian dia menjawab.

"Sudah cukuplah, Bang. Setiap orang ada masanya, setiap masa ada orangnya."

Lama saya termenung membaca jawabannya. Dia seorang direktur andal. Di kala devisi operasi perusahaan rugi, dia bisa melakukan upaya keuangan lainnya, termasuk mengelola asset, sehingga laporan akhir perusahaan untung. 

Artinya dia masih gagah dan cukup kompeten melakukan tugasnya. Namun dia menyadari bahwa masanya sudah cukup dan selesai. Biarlah orang lain yang melanjutkan tugasnya, mungkin mereka akan lebih baik, demikian argumentasi lanjutannya. Kondisi kesehatan dan pertimbangan keluarga menjadi alasan yang kuat untuk melakukan tindakan mundur dari jabatan itu. 

Sangat manusiawi dan sangat saya apresiasi. Tidak memaksakan diri untuk terus bertahan dalam jabatan dan peran itu, semua harus diakhiri. Elegan dan terhormat. 

Mundur ketika bersinar meninggalkan aura mekar dan aroma yang wangi. Janganlah tunggu sampai layu dan jatuh sendiri bagaikan bunga dan daun yang sudah mengering dan kerontang, lalu jatuh diterbangkan angin.

Tiba-tiba ingatan saya tentang itu muncul, ketika mengikuti perkembangan partai PAN dengan segala dinamika politiknya. Kemunduran Hanafi Rais dari PAN dan DPR mengindikasikan bahwa kemungkinan Amien Rais akan membentuk partai baru.

Betulkah dorongan dari ratusan DPD dan DPW untuk membentuk partai baru pecahan PAN? Mungkin ada rencana, namun selama belum deklarasi resmi, kita masih akan menduga-duga.

Sebelum dugaan tersebut terjawab tentu saja kita bertanya, kenapa partai baru harus dibentuk? Apakah tak ada lagi jalan rekonsiliasi akibat persaingan tajam dalam Kongres V Februari lalu? 

Kenapa nama Amien tidak lagi diikutkan dalam struktur yang baru? Apakah persoalannya dengan Zulkifli Hasan tak bisa lagi dikompromikan? Apakah pencantuman dan mengikutkan Hanafi dan Mumtaz Rais tidak cukup sebagai representasi keterwakilan Amien sebagai tokoh dan pendiri partai? 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline