Lihat ke Halaman Asli

Helping People Helps Themselves

Diperbarui: 25 Mei 2016   15:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menolong sesama adalah salah satu hakikat manusia sebagai makhluk sosial. Tidak dapat dipungkiri juga bahwa salah satu masalah yang sering diangkat baik oleh pemerintah atau calon pemerintah (peserta pilkada), LSM sampai media salah satunya adalah masalah kemiskinan. Sering di perdebatkan bagaimana angka kemiskinan disajikan (turun atau naik) serta bagaimana data itu didapatkan. Bagaimana kriterianya, cara mengambil datanya dan lain-lain semua dipertanyakan. Tetapi hal penting sering terlewat dan hanya sebagai bagian dari wacana.

Jargon lama. Salah satu jargon yang sering juga menjadi wacana adalah koperasi sebagai salah satu soko guru perekonomian Indonesia, hanya pada tataran konsep tanpa ada realita yang jelas dalam pelaksanaanya. Koperasi sendiri sudah menjadi gerakan swadaya masyarakat (yang sadar) akan potensi berserikat dan menolong sesama. Karena tidak ada jalan yang lebih baik selain saling menolong diantara sesama komunitas. Hal tersebut tentu menjadi salah satu pengejawantahan budaya asli Indonesia yaitu gotong royong. Semangat gotong royong adalah salah satu bahan bakar dari gerakan koperasi.

Saling menolong. Dengan koperasi para anggota bisa saling menolong, tetapi itu tidak cukup. Jika kita menolong tetapi tidak berusaha memperbaiki atau meyelesaikan akar masalahnya akan berulang-ulang dan akan terjadi dikemudian hari. Seperti halnya pepatah juga mengingatkan kita bahwa "keledai tidak akan jatuh ke lubang yang sama", tentu sebagai manusia kita harusnya bisa lebih cerdas menghadapi setiap masalah dan pandai menyiasati bahkan mengatasinya. 

Sering terlupakan bagaimana menyadarkan anggota untuk mengerti akar permasalahannya sehingga semangat saling menolong akan menjadi lebih berkesinambungan impact-nya secara jangka panjang. Dengan fokus memberikan wawasan kepada anggota lewat pendidikan membuat koperasi akan lebih mendalam pengaruhnya ke cara berpikir anggota. Inilah semangat yang diusung oleh Credit Union yang pada dasarnya adalah Koperasi + Pilar Pendidikan. Selain menolong anggota, CU juga memberikan pendidikan lewat program pelatihan dari dasar sampai pengembangan kemampuan anggota melalui pelatihan wirausaha.

Finansial Literasi Sebagai seorang aktivis yang ikut bersama yang lain membangun CU, merasakan bagaimana susahnya mengubah cara berpikir orang akan masalah mereka sendiri terutama yang berhubungan dengan uang. Membutuhkan waktu untuk menyadarkan para anggota untuk bisa yakin bahwa kurikulum pendidikan yang disediakan untuk mereka itu sangat bermanfaat jika meraka ikuti. 

Salah satu program yang dijalankan adalah pendidikan literasi keuangan, yang memberikan pengertian dan wawasan kepada anggota bagaimana CU memberikan solusi bagi anggota disetiap tahap kehidupannya, serta memberikan juga pengalaman kepada anggota untuk melakukan financial check-up sehinga mereka tahu bagaimana kondisi keuangan mereka sehingga kedepannya mereka bisa lebih bijaksana dalam mengelola uang. 

Diawal pelaksanaanya, banyak yang belum sadar akan bergunanya sesi ini sehingga banyak yang ikut diawal adalah para senior citizen yang sebetulnya mereka sudah mengalami sendiri bagaimana perjuangan mengelola sumber daya mereka. Setelah word of mouth diantara para anggota bahwa sesi-sesi pelatihan sangat berguna dan menarik barulah mulai orang-orang muda serta pasangan muda ikut mendaftar pelatihan. 

Selain itu, dikarenakan hampir semua peserta memiliki handphone (bahkan smartphone) dan dikantor CU ada wifi untuk koneksi internet, saya sempat berpikir bagaimana mendayagunakan fasilitas itu untuk mendukung pelatihan dengan mengembangkan aplikasi handphone materi pelatihan serta latihan-latihannya sehingga mereka nantinya bisa lakukan dimana saja, kapan saja dan ada mentoring keberlanjutannya. 

Diawali dengan membuat website yang bisa diakses dengan mudah oleh siapa saja di website finansial literasi. Cita-citanya hal ini bisa diextend fungsinya supaya lebih luas dengan mobile app sehingga nantinya anggota bisa menggunakannya sebagai expense tracking untuk memantau cashflow mereka. Masih panjang perjalanan untuk mewujudkannya karena dilakukan secara mandiri. Paling tidak mereka akan lebih cepat sewaktu melakukan finanical check-up didalam sesi pelatihan.

Langkah kecil. Tentunya membantu orang lain untuk membantu dirinya sendiri dapat dilakukan dengan langkah kecil memberikan waktu kita untuk menjadi fasilitator pelatihan yang sangat berguna bagi mereka untuk ikut memperbaiki diri sehingga diharapkan mereka akan mempunyai kekuatan dan kemampuan untuk menjadi lebih baik serta menyelesaikan masalah mereka yang paling utama adalah cara berpikir (mindset). 

Seperti petuah orang bijak bahwa "manusia akan mampu menyelesaikan masalahnya sendiri karena masalah itu tidak akan melebihi kemampuannya menyelesaikan masalah". 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline