Lihat ke Halaman Asli

Akwila Chris

Fotografer Lepas

Membaca Foto: Merasakan Sebuah Kekalahan Semu

Diperbarui: 9 Juni 2022   19:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pernahkah kalian mengalami sebuah keterjebakan ketika kalian sedang memandang sebuah foto? Entah itu foto masa-masa kecilmu, foto keluargamu, atau bahkan foto mantan kekasihmu.

Lalu, apa yang kamu rasakan ketika kamu memandang foto tersebut? Silahkan jawab sendiri saja dan tidak perlu diperdebatkan, jawabannya pasti akan berbeda-beda karena setiap orang memiliki pengalaman yang berbeda dengan saat waktu foto dibuat.

Dalam Camera Lucida -sebuah buku refleksi fotografi yang ditulis oleh Roland Barthes- membaca sebuah karya fotografi tak ubahnya adalah sebuah pengembangan subjektivitas. 

Dalam membaca sebuah karya fotografi Barthes berusaha mengembangkan pandangannya dari yang semula adalah pandangan semiotika struktural menjadi fenomenologi. Bahkan Barthes menyebutnya sebagai sebuah fenomenologi sinis. 

Mengubah pusat perhatian dari citra fotografi sebagai sebuah produk budaya menjadi pada sebuah pengalaman pribadi si pembaca karya foto. Fenomenologi ini lah yang akhirnya membuat pendekatan Barthes terhadap sebuah karya fotografi memiliki kekuatan "sentimental" dan otentik dalam sebuah pemaknaan. Pembaca foto akan dibukakan kesempatakan untuk menemukan esensi dari sebuah karya fotografi dan turut menawarkan keterbukaan bagi emosi yang ia rasakan dalam analisisnya.

Studium, Punctum, dan Satori

Melalui pendekatan fenomenologi sinis, Barthes kemudian membagi tahap pembacaan fotografi dalam tiga tahap, yaitu studium, punctum, dan satori. 

Studium adalah tahapan dimana si pembaca karya foto mencocokkan objek dalam foto dengan inderanya. Si pembaca kemudian berusaha memverbalkan sebuah foto yang ia pandang. 

Gampangnya, seperti ketika si pembaca sedang melihat foto terbaru mantan kekasihnya yang mengenakan baju batik, ia hanya mengatakan "ini adalah foto mantan kekasihku yang sedang memakai baju batik." 

Sudah, hanya berhenti seperti itu. Tidak ada timbal balik atau serangan apapun yang diberikan oleh objek foto yang si pembaca pandang. Pada tahap ini pula, keputusan untuk suka atau tidak suka, lanjut atau tidak lanjut dalam membaca foto bisa terjadi.

Kemudian selanjutnya adalah tahapan punctum. Punctum sendiri merupakan tahapan yang membuat si pembaca berhenti pada sebuah detail dalam sebuah karya fotografi. Entah itu dari objek utama, objek minor, maupun warna dalam foto. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline