Lihat ke Halaman Asli

Aksara Sulastri

Freelance Writer Cerpenis

Cerpen: Diam Seribu Bahasa

Diperbarui: 31 Mei 2022   23:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi gambar diolah dari aplikasi Canva

Baru saja aku menutup telepon, suara istriku merajuk dari dalam kamar memanggil namaku berulangkali.

"Mas Iwant.. mas.. mas!"

Sekali ingin menghampiri langkah ini dihentikan oleh kalimat tanya dari Mbak Mirna, kakak pertamaku yang baru datang dari Kota.

"Want, gimana bisnismu sekarang?"

"Alhamdulillah, lancar. Mbak. Sekarang sudah mulai mengembangkan sayap. Yang dulu hanya segelintir pelanggannya, sekarang alhamdulillah sudah banyak."

"Ya, harus gitu. Jaman sekarang gampang kalau jualan bisa lewat internet. Nggak perlu nunggu pembeli datang ke Toko." 

Hening, tak kudengar lagi panggilan dari istriku. Aku semakin banyak bercerita tentang pengalamanku selama berbisnis. Bisnis menjual alat elektronik, aksesoris hp, ponsel dan tablet.

Setelah memasarkannya ke Facebook  dan aplikasi orange, banyak sekali pesanan dari pembeli sampai-sampai aku sibuk menatap ponsel dan lupa dengan keinginan sang istri. Usai obrolanku dengan Mbak Mirna gegas kutemui istriku tercinta.

"Dik, sudah tidur?" 

Dik, panggilan kesayangan yang ku tujukan kepada sang istri. Alasannya, karena kami belum dikaruniai anak. Sedangkan usia pernikahan kami sudah menginjak tahun ketiga.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline