Lihat ke Halaman Asli

Ajun Pujang Anom

Guru Plus-plus

Takut Menulis, Ya Wajarlah

Diperbarui: 23 November 2018   07:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Oleh: Ajun Pujang Anom

Kalau tak salah ingat, dalam ilmu Sosiolinguistik, disebutkan bahwa seseorang semakin tinggi batang usianya, semakin jauh pula dari keyakinan berbahasa. Hidupnya akan disusahkan oleh dua perhitungan. Selalu merasa terjepit antara salah dan benar. Maka menjadi wajar, kalau ada orang yang bilang, "Saya itu takut menulis."

Oh ya, sebelum pembicaraan ini menjadi jauh, alangkah afdolnya apabila membaca terlebih dulu, apa itu yang dinamakan Sosiolinguistik. Menurut Wikipedia, Sosiolinguistik adalah studi deskriptif tentang pengaruh setiap dan semua aspek masyarakat, termasuk norma -

norma budaya, harapan, dan konteks, pada cara bahasa digunakan, dan efek masyarakat pada bahasa.

Bagaimana? Sudah mulai memahami bukan, jika ketidakmampuan menulis gegara takut, pesimis atau apalah namanya, adalah hal yang wajar. Perumpamaannya seperti menghirup udara pagi. Natural, kata orang bule. Makanya tak perlu "dihebohkan". Jadi persoalannya, bukan sampeyan itu smart atau ndak smart.

Lantas bagaimana halnya, bila ingin tetap belajar menulis? Resepnya cukup gampang, gemarlah membaca buku. Karena tak ada orang yang bisa menjadi penulis yang baik, tanpa membaca.

"Wah, saya tak hobi baca, je." Ada nasehat yang cocok dan cukup menohok untuk perkataan seperti itu, yaitu koleksi buku. Manusia itu sejenis makhluk yang suka kepo dan nyinyir. Jadi ketika ada yang suka menumpuk-numpuk banyak buku. Pasti muncul pertanyaan, "Ngumpulin banyak buku itu buat apa?" Mana tahan tho, orang yang diperlakukan seperti ini? Mirip seperti jomblo ditanya menikah. Bikin sebal level 5.

Tak percaya ucapan saya? Ya, tinggal dilakukan saja. Mudah bukan?

Bagaimana kalau sudah mengerjakan kegiatan menumpuk buku? Buatlah rangkuman. Setelah terbiasa merangkum, mulailah mengkaji tentang konten buku. Apa ada hal-hal yang keliru, kurang, atau perlu diperbaiki. Setelah itu, belajarlah mengutip. Niscaya jika melakukan tiga hal ini, akan ada keajaiban yang datang menghampiri.

Ragu akan ucapan saya lagi? Ya, tinggal dilakukan saja. Mudah bukan?

Bojonegoro, 23 November 2018




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline