Lihat ke Halaman Asli

Ajinatha

TERVERIFIKASI

Professional

Menunggu Kabut Asap Menerpa Jokowi

Diperbarui: 13 September 2019   10:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Kompas.com

Kondisi kabut asap terkini semakin parah, belum ada tanda-tanda upaya penanggulangan yang serius seperti ditahun sebelumnya, dimana disaat awal Pemerintahan Jokowi pada Periode pertama, yang saat itu penanggulangan kabut asap sangat cepat, dan baru sekarang ini terulang kembali.

Kehadiran pemerintah pada saat itu benar-benar terasa, padahal jumlah kasus Karhutlanya pun lebih banyak dan lebih luas dari sekarang ini, namun Pemerintah berhasil mengatasi dan menanggulanginya.

Sekarang ini Pemerintah setempat seperti tak berdaya dalam menanggulangi Karhutla, seakan-akan Karhutla adalah tanggung jawab Pemerintah pusat, dan Pemerintah daerah boleh uncang-uncang kaki tanpa perlu Ikut mengatasi.

Apakah memang menunggu Kabut Asap menerpa Jokowi terlebih dahulu, baru kabut asap bisa ditanggulangi.? Dimana Menteri, Gubernur dan Bupati, apakah memang tidak bisa menanggulangi kabut asap tersebut.?

Apakah seorang Presiden harus mengerjakan semua hal yang menjadi masalah dinegeri ini.? Lantas buat apa negara menggaji para pembantu Presiden, juga kepala daerah yang daerahnya terpapar kabut asap.?

Direktur Beranda Perempuan Zubaidah menilai, pemerintah tingkat pusat hingga daerah lamban dalam penanganan warga yang terdampak kabut asap. Padahal di Kota Jambi warga yang terserang Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) jumlahnya terus mengalami peningkatan.

Data terakhir yang dihimpun Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Jambi menyebutkan, jumlah penderita ISPA mencapai 2.577 kasus. Ini meningkat dari awal Agustus yang hanya mencapai 1.707 kasus.

"Seharusnya pemerintah lebih tanggap menangani persoalan ini, karena beberapa penelitian kesehatan menyatakan manusia yang terpapar asap dalam jangka panjang dapat menyebabkan kanker paru, radang paru, downsyndrom, kegagalan fungsi otak hingga kelahiran prematur," kata Zubaidah kepada Liputan6.com
 

Sudah sepekan kabut asap kiriman masih mengepung wilayah Kota Jambi. Tadi malam, Senin (9/9/2019), kondisinya semakin memburuk, bau asap sisa hasil kebakaran hutan dan lahan semakin terasa menyengat dan membuat mata pedih.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline