Lihat ke Halaman Asli

Ajinatha

TERVERIFIKASI

Professional

Foke "Menodai" Pilkada DKI Jakarta

Diperbarui: 25 Juni 2015   03:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

foto : Merdeka.com

[caption id="" align="alignleft" width="378" caption="foto : Merdeka.com"][/caption] Sikap apatis masyarakat terhadap Pilkada DKI Jakarta, adalah sebagai bentuk dari rendahnya kepercayaan publik terhadap pelaksanaan yang Jujur dan Adil. Kalau ada terlihat antusiasme pendukung Calon Gubernur, itu pun bukan manifestasi dari kegembiraan menyambut penyelenggaran Pilkada itu sendiri. Calon Incumbent, Fauzi Bowo terlihat sangat dominan, itu semua bukan karena memperoleh dukungan besar, tapi lebih pada canggihnya alat propaganda yang digunakan. Secara dukungan pada realitanya tidaklah demikian, inilah yang sangat menyedihkan. Survey boleh saja mengatakan bahwa Foke-Nara berada ditingkat teratas, tapi pada realitanya, Foke-Nara kurang mendapat dukungan. Prilaku politik akan sangat mempengaruhi simpati dan dukungan publik, cara-cara kampanye yang mengabaikan sportivitas justeru akan mendatangkan cibiran dari masyarakat. Apa lagi Foke-Nara didukung oleh Partai Demokrat, yang nota bene sekarang ini sangat disorot masyarakat, karena beberapa kadernya terseret kasus korupsi. Saat Foke memanfaatkan Aksi Jalan Sehat dan Sepedah hari Minggu (8/7/2012) yang lalu di Bundaran HI Jakarta, dianggap KPU DKI Jakarta sebagai sebuah bentuk pelanggaran Kampanye. Begitu juga lawannya, Jokowi-Ahok menilai Foke sudah menodai proses Pilgub DKI yang demokratis. Sebagai calon incumbent, Foke bukan memberikan contoh berdemokrasi yang baik, tapi memanfaatkan berbagai kesempatan untuk melakukan kecurangan, dengan menggunakan jabatannya sebagai Gubernur yang masih aktif. Bagaimana tidak dibilang sebagai pelanggaran, karena dalam acara tersebut Foke masih melakukan Kampanye secara diam-diam, pada hal sudah masuk masa tenang. Cara-cara yang tidak simpatik seperti ini akan semakin mengurangi simpati masyarakat pada Foke-Nara, bukannya memberikan contoh yang baik, tapi malah tetap menggunakan jabatannya untuk memanfaatkan berbagai kesempatan untuk berkampanye, disaat masa kampanye sudah usai. Efek dari semua ini akan menguntungkan Jokowi-Ahok, karena calon ini dianggap lebih demokratis dan sportif dalam proses menuju DKI 1. Siapa pun yang akan menjadi pemenangnya, sangat diharapkan kemenangan tersebut sebagai kemenangan karena tegaknya demokrasi, bukan kemenangan yang melalui proses pemilihan yang jauh dari Jujur dan Adil. sumber tulisan :




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline