Lihat ke Halaman Asli

Aisyah Supernova

man purposes God disposes - ssu

Aku Tahu Aku Pemimpin

Diperbarui: 13 November 2017   20:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Image result for khalifah

Cahaya lampu minyak tampak temaram menerangi sebuah ruangan sederhana yang sedang diselimuti kegelapan. Di antara temaram cahayanya, tampak sesosok pria yang terlihat sibuk menyelesaikan urusannya. Tak lama, terdengar ketukan di pintu ruangan tersebut. "masuk..." pria tersebut mempersilahkan. Tak lama, temaram cahaya menampakan sesosok wajah. Anak pria tersebut ternyata. Segera, pria tersebut menghentikan pekerjaannya dan berkata, "apa yang mau kau bicarakan, nak? Mengenai urusan pribadi ataukah kenegaraan?" suaranya terdengar begitu arif dan penuh kasih sayang. "ini mengenai urusan pribadi, ayah..". Maka, segera pria tersebut meniup lampu minyak hingga kegelapan sempurna meliputi ruangan tersebut. "mengapa dimatikan ayah..?" anak pria tersebut menanyakan keheranan. "anakku.. karena yang akan kau bicarakan adalah mengenai urusan pribadi, maka tak layak jika sekiranya kita menggunaka penerangan yang berasal dari uang negara..".

Subhhanallah wabihamdih...  MasyaAllah...

Yah, begitulah sejarah mencatat dengan tinta emasnya, sepenggal episode mengenai sesosok pemimpin agung dunia, Harun Al Rasyid. Siapa yang tidak mengenalnya? Sesosok pria yang memimpin kekhilafahan Islam (Saat Bani Abbasiyah memerintah) dalam tempo yang begitu singkat, sekitar dua tahun, namun progresnya begitu pesat. Teramat pesat kemajuannya. Pemerintahan yang kacau dapat dirapikan kembali barisan dan kinerjanya oleh beliau dengan apik dan anggunnya. KKN dibumi hanguskan. Ilmu pengetahuan dan ekspansi keislaman meluas menerangi bumi. Kekayaan terdistribusi secara merata dengan implementasi Ekonomi Islam yang brilian. Ini fakta, sejarah mencatatkan bahwa tak ada satupun rakyatnya yang mau menerima zakat. Memang ada beberapa yang berpendapat, bisa jadi itu karena memang semua rakyatnya sudah makmur secara ekonomi, atau secara ruhani sehingga mereka malu untuk menerima zakat dan mencukupkan diri.

Tapi, menurut saya, keduanya merupakan pencapaian yang berhasil di lakukan Harun Al Rasyid. Logika sederhananya, cukup sulit untuk meningkatkan kesejahteraan ruhani masyarakat dalam tempo masa jabatannya yang sangat singkat, yaitu sekitar 2 tahun, untuk benar-benar menjadikan masyarakat malu untuk menerima zakat dan mencukupkan dirinya sendiri. Jauh lebih logis jika distribusi perekonomian memang betul-betul merata, tanpa memusat, dan adil (sesuai kebutuhan, bukan sama rata) hingga masyarakat yang tadinya membutuhkan zakat, menjadi tak membutuhkan kembali dan otomatis ruhani masyarakat akan terbangun menyaksikan kinerja pemerintahnya yang brilian untuk menyejahtekan diri mereka. 

Ini berkaitan dengan fakta, bahwa istri dari Harun Al Rasyid merupakan sesosok wanita yang paling mulia pada masanya. Bagaimana tidak, jika perempuan tersebut merupakan putri dari seorang khalifah, yang paman dan saudaranya juga pernah menjabat sebagai khalifah? Yah, saat tahun-tahun pernikahan mereka dihiasi dengan romantisme yang Islami, begitu berbobot dan bergizi, juga fasilitas istana yang begitu nyaman, namun dalam sekejab, Harun Al Rasyid segera mengencangkan ikat pinggangnya dan merubah kehidupan rumah tangganya berubah 180 derajajat, dimana semua hartanya diserahkan untuk Baitul Mal, hingga saat klimaks, beliau menanyakan istrinya; mau memilih hidup sederhana atau lebih tepatnya kekurangan dengannya atau dicerai? 

Maka, istrinya, yang merupakan sesosok muslimah yang begitu dalam ketaatannya pada Allah SWT dan suaminya, merelakan semua fasilitas yang didapatnya untuk berjuang bersama suaminya. Tak tanggung-tanggung, bukan hanya harta benda rumah tangganya yang diserahkan untuk Baitul Mal, tapi juga berbagai perhiasan pribadinya yang begitu mahal dan berharga, sampai perhiasan warisan paling berharga yang dimilikinya pun direlakannya. MasyaAllah.. Subhanallah wabihamdih...!

Cerita tersebut hanyalah pembuka, sebagai pelembut hati bagi para pembaca yang peka hatinya dan tajam akalnya. Dari harun al rasyid , sesosok pemimpin luar biasa yang dapat kita jadikan teladan. Dari dua kisahnya, kita pun tau betapa dalamnya leadership yang dimilikinya, betapa tajam akalnya dan cemerlang kebijakannya, dan yang terpenting, betapa tebalnya ketauhidannya kepada Allah SWT. Subhanallah.

Setiap kita adalah pemimpin. Teori sapu jagad klasik yang sudah diungkapkan oleh Rasulullah SAW sekitar 14 abad silam dan baru dikemukakan kembali oleh pemikir modern beberapa tahun belakangan. Mari kita buka Al Baqarah ayat 30. subhanallah, betapa mulianya derajat kita, manusia, yaitu sebagai khalifah (pemimpin) di muka bumiNya. Ini bermakna jamak. Khalifah untuk diri kita sendiri, mengelola dan memanfaatkan dengan semaksimal mungkin raga, akal, dan fasilitas untuk meraih tujuan hidup kita, yaitu beribadah padaNya semata. Diatasnya, ada khalifah untuk keluarga, lingkungan, negara, hingga dunia. Yah, inilah Islam. Islam yang mendunia, yang menyeluruh. Bukankah semesta ini tunduk kepada Nya (Muslim), kecuali jin dan manusia yang diberi kebebasan untuk taat atau tidak kepadaNya. kita diciptakan dari yang Maha Luar  Biasa, berarti kita luar biasa. Tubuh, akal, sumberdaya, bumi, dan semesta ini adalah milikNya. Maka sepatutnya, dan hanya hukum dan peraturanNya lah  yang berhak diberlakukan di muka bumi ini. 

Sebagai wujud aksi nyata kita akan ketauhidan kita padaNya. Lihatlah pada surat An Nas dan Al Fatihah ketauhidan itu melputi 3 tauhid. Tauihd Rububuiyah (mentauhidkanNya karena Ia adalah Rabb ; Maha Pencipta segala di alam raya dan Maha Pemberi Rezeki akan kebutuhan semua makhluknya). Yang kedua adalah Tauhid Mulkiyah (mentauhidkanNya karena Ia adalah Al Malik ; Raja, Pengatur, Penguasa, dan Pembuat Hukum, dan Raja akan semua makhlukNya), dan yang ketiga adalah Tauhid Ilahiyah (mentauhidkanNya karena Ia adalah Ilah ; Yang Maha di Sembah. Setelah kita mengakui bahwa Ia adalah Rabb, Malik, maka kita membuktikanNya dengan mentauhidkan ke-IlahanNya ; menyembahNya) sebagaimana telah diajarkan oleh Rasulullah SAW. 

Ibarat sebuah pohon, Aqidah adalah akar, Syariat adalah batang, dan Akhlaq adalah buahnya. Untuk memiliki pohon yang kuat dan berbuah lebat, tentunya pemberian nutrisi pada akar-lah yang paling pertama dilakukan, sehingga otomatis batang dan buahpun akan menjadi seperti yang diharapkan.

Layaknya setiap kerajaan, negara, organisasi, bahkan keluarga, pasti memiliki pemimpin. Namun tak semua yang menjadi pemimpin mampu memimpin sesuai apa yang dicontohkan oleh teladan agung manusia sepanjang masa; Rasulullah SAW. Ia adalah kepala keluarga Teradil sepanjang masa dan yang paling dinantikan kehadirannya, Rekan bisnis yang selalu menginspirasi rekan bisnis yang lainnya, Panglima Perang yang paling dipatuhi pasukannya dan paling ditakuti musuh-musuhnya, Kepala Negara yang memakmurkan negaranya beserta seluruh rakyatnya baik secara ruhani maupun fisik, dan yang terpenting adalah seorang Rasul yang paling besar cinta dan pembuktiannya kepada Allah SWT.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline