Kantong terasa kering. Kepala ikut pusing. Ini bukan sekadar perasaan. Tapi ini gejala awal masalah besar. Judi online awalnya dianggap permainan. Tapi dapat menguras keuangan. Sekaligus mengganggu ketenangan jiwa kita. Semua terjadi secara perlahan.
Coba rasakan. Hati jadi tidak tenang. Pikiran terus mencari cara bermain lagi. Berharap menang. Meski lebih sering kalah. Kualitas tidur menurun. Fokus kerja menghilang.
Kita merasa terpenjara oleh pikiran sendiri. Inilah tanda kesehatan mental terganggu. Sebuah kondisi. Uang takkan bisa membeli kedamaian.
Masalah ini lebih dari kebiasaan buruk. Secara ilmiah, candu judi itu nyata. Dapat mengganggu fungsi normal otak. Riset neurosains menunjukkan buktinya. Judi kompulsif berdampak pada otak. Tepatnya di otak bagian depan.
Area ini mengatur pengambilan keputusan. Juga mengatur kontrol impuls (Clark, L., et al., 2013). WHO pun mengklasifikasikan candu judi. Sebagai gangguan mental. Atau gambling disorder (WHO, 2022).
Rasa 'deg-degan' saat main melepaskan dopamin. Dopamin adalah zat kimia di otak. Menciptakan rasa senang sesaat. Lalu mendorong kita mencari sensasi itu. Caranya mirip zat adiktif lain.
Dampak nyata pada perilaku pun terlihat. Penting untuk mengenali tanda-tandanya:
- Pikiran jadi keliru.
Seseorang mulai percaya hal mustahil. Misalnya, setelah kalah berkali-kali. Dia yakin kemenangan besar akan datang. Pola pikir ini tidak logis.
Psikiater menyebutnya cognitive error. Atau kekeliruan kognitif. Dorongan "mengejar kekalahan" ini. Membuat kantong terus terkuras.
- Tindakan menjadi nekat.
Kontrol impulsnya telah melemah. Keputusan finansial tidak rasional. Gaji bisa habis dalam sekejap. Tabungan ludes. Bahkan ada yang nekat menjual aset. Atau terjerat pinjaman ilegal. Demi bisa terus bermain.
- Emosi tidak stabil.
Suasana hati mudah berubah. Gampang tersinggung. Lalu marah karena hal sepele. Hubungan dengan keluarga jadi tegang. Dan juga dengan teman. Sebuah kisah di media menceritakannya. Seorang pemuda lepas kendali. Akibat stres karena judi (Tirto, 2024).