Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Sidiki

Mahasiswa

Pemimpin Ideal dalam al-Qur'an

Diperbarui: 16 Mei 2019   03:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Menurut ajaran Islam, pemimpin yang dianggap paling autentik adalah ulama sekaligus cendikiawan. Dalam perkembangan sosial politik umat, kepemimpinan yang demikian "agung", "suci", dan "sakral" sebagai satu-satunya sumber sosialisasi Islam, tempat lahirnya tafsir-tafsir Al-Qur'an atas berbagai persoalan kontemporer umat manusia. Karakter pemimpin dalam Islam memiliki ciri khas yang tersendiri, karena dalam pemimpin dalam Islam membawa misi yang sangat besar dengan membawa nilai-nilai ajaran Islam, agar bisa diimplementasikan dalam pelbagai bidang dan dapat dirasakan kebaikannya bagi alam semesta. Ada beberapa karakter yang harus tumbuh dan berkembang dalam diri seorang pemimpin dalam melaksanakan amanah kepemimpinannya, yaitu: (1) Al-Ilm, orang yang berilmu. (2) Mukhli, orang yang ikhlas. (3) Amil, orang yang giat bekerja.(4) Mujahid, orang  yang selalu berjuang. (5) Mutay,  orang yang senantiasa berkorban. (6) Mutajarrid, orang yang totalitas. (7) Muabit, orang yang teguh pendirian. 

Kepemimpinan Islam berdiri di atas kepemimpinan Ketuhanan (ketauhidan), setiap manusia hanya tunduk dan patuh  kepada kepemimpinan Allah Swt yang ditunjukkan oleh Nabi Muhammad Saw. Kerja kepemimpinan Muhammad merupakan wujud dan pesan-pesan kepemimpinan-Nya. Kepemimpinan dalam Islam tidak dibenarkan jika terdiri dari orang-orang zalim, fasik, nifaq, kufur dan syirik (orang yang gemar melakukan dosa keji seperti zina, korupsi, manipulasi merebut kekuasaan dan sebagainya). Apabila terdapat seorang pemimpin yang seperti ini dalam Islam, maka eksistensi kepemimpinannya akan batal, tidak sah dan tidak memperoleh ketajallian Allah, syafa'at Rasul-Nya, serta restu penghuni bumi. 

Perkataan khalifah digunakan setelah wafatnya Rasulullah, terutama bagi keempat orang Khalifahur-Rasyidin, menyentuh juga maksud yang terkandung di dalam perkataan ,Amir, disebut juga penguasa. Oleh karena itu, kedua perkataan  itu dalam bahasa Indonesia disebut pemimpin, yang cenderung berkonotasi sebagai pemimpin formal. Konotasi itu terlihat pada bidang yang dijelajahi di dalam tugas pokoknya yang menyentuh, tidak saja aspek-aspek pemerintahan dalam berbangsa dan bernegara, tetapi juga aspek-aspek keagamaan dalam bermasyarakat.

Tugas manusia sebagai pemimpin untuk memakmurkan bumi ada dua. Pertama, menyeru dan menyuruh orang lain berbuat amal maruf. Kedua, melarang atau menyuruh orang lain meninggalkan perbuatan munkar. Perbuatan manusia yang disebut kepemimpinan tidak pernah lepas dari perhatian dan penilaian Allah. Oleh karena itu secara spiritual, kepemimpinan harus diartikan sebagai kemampuan melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan Allah, baik secara bersama-sama maupun perseorangan. Dengan kata lain kepemimpinan adalah kemampuan mewujudkan semua kehendak Allah yang telah diberitahukan-Nya melalui Rasulullah.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline