Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Sahidin

Alumni UIN SGD Bandung

Resensi Buku "Apa Itu Sejarah?"

Diperbarui: 15 Januari 2019   11:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Sejarah terdiri dari kumpulan fakta yang telah dipastikan. Fakta-fakta yang tersedia bagi sejarawan ada di dalam dokumen, prasasti, dan sebagainya. Bagaikan ikan di atas meja potong penjual ikan. Sejarawan mengumpulkannya, membawanya pulang, serta memasak dan menyajikannya dengan gaya apa pun yang menarik baginya." Demikian tulis E.H.Carr dalam buku Apa itu Sejarah? yang diterbitkan di Jakarta oleh Komunitas Bambu tahun 2014 (halaman 5).

Buku Apa itu Sejarah? ini merupakan terjemahan dari What is History? yang terbit tahun 1964 di Inggris; karena kebetulan yang menulisnya pun warga Inggris. Carr pernah menjadi pejabat urusan luar negeri kemudian menjadi pengajar di University College of Wales dan menulis buku-buku bertemakan sejarah dan politik modern. Tebal buku 258 halaman dengan cover warna cokelat.

Sekira lima hari saya baca buku Apa itu Sejarah? Setelah membacanya sampai tuntas, yang saya awali dari bagian epilog kemudian bagian pendahuluan dan bagian isi. Dari bacaan itu, saya mengira Carr adalah sejarawan seperti Gibbon atau Toynbee yang sejak muda berkarier dalam bidang sejarah. Namun, ternyata Carr ini seorang diplomat dan pejabat urusan luar negeri Kerajaan Inggris. Selanjutnya masuk dunia akademis dan mulai belajar sejarah. Meski tidak dari awal Carr menekuni sejarah, tetapi menulis buku sejarah berjudul "A History of Soviet Russia" dalam tujuh jilid pada tahun 1950 dan buku lainnya bertemakan sejarah dan politik modern.

Dalam buku "What is History?" ini Carr membincangkan studi sejarah dan aliran sejarah yang berkembang di Inggris. Disebutkan pada awal modern kecenderungan dalam historiografi adalah menyajikan biografi dan tokoh besar. Selanjutnya mengalami perkembangan dengan menyajikan historiografi bercorak nasional dan kebangsaan. Dan yang terakhir ini menjadi ciri historiografi modern di Inggris.

Yang menarik bahwa pembahasan buku ini memuat tentang kritik Popper pada mazhab historisme yang dibangun oleh Ranke dan sejarawan Jerman lainnya. Popper menolaknya sambil menyajikan mazhab baru, yaitu historisisme. Kemudian muncul kritik pada historisisme karena lebih menekankan determinisme dan tidak mempertimbangkan kebebasan manusia sehingga sejarah dalam gerak dan arahnya berada dalam kondisi free will sehingga manusia sebagai subjek. Dalam ini bisa dipahami karena sejarah merupakan masa lalu manusia dalam ruang dan waktu. Bukan masa lalu benda-benda yang dikendalinya ada pada manusia. Dan Carr termasuk yang pro pada gagasan tersebut.

Terkait dengan terjemahan, buku karya Carr ini agak sulit dicerna. Beberapa paragraf mesti dibaca berulang, setelah itu baru paham dengan isinya. Entah bukunya sulit dicerna atau saya yang membacanya masuk kategori pembaca yang bodoh. Yang terakhir ini tampaknya ada pada diri saya.

Kemudian yang cukup mengganggu munculnya istilah "filosofi sejarah", membuat saya termenung: apakah ini semacam hikmah? Ternyata dari rangkaian kalimat dan paragraf setiap kali muncul istilah "filosofi sejarah" kalau direnungkan maknanya sama dengan terminologi filsafat sejarah dalam arti spekulatif. Sedangkan saat muncul istilah ilmu dan perspektif sejarah, ternyata berkaitan dengan filsafat sejarah dalam arti kritis.

Dugaan saya yang menerjemahkan dan menyunting buku ini belum mengenal lebih dalam dengan gagasan-gagasan Carr maupun wacana teoritis kesejarahan. Sehingga terasa rancu dalam sajian kalimat dan paragraf. Mohon maaf ini hanya kesan saya yang awam dalam membaca buku-buku ilmu sejarah. Sekali lagi maaf. *** (ahmad sahidin)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline