Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Ricky Perdana

gemar travelling, fotografi dan menulis

Perlunya Parenting Berbasis Toleransi dan Multikultural

Diperbarui: 8 Oktober 2023   12:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Damai Itu Indah - tribunnews.com

Di era digital saat ini dimana arus perkembangan teknologi informasi tidak bisa dibendung tentu berdampak pada pergaulan dan perkembangan anak-anak. Mereka saat ini rentan sekali terhadap hal-hal negatif. Anak-anak mempunyai keinginan besar untuk melakukan sesuatu hal yang bagi mereka asyik dan menarik, terutama anak usia dini, karena mereka tidak memikirkan apa akibat yang akan ditimbulkan.

Hal ini tentu saja membuat orang tua mengalami kegaulauan. Ada orang tua yang terlalu protektif, mereka membatasi pergaulan anak. Bahkan mengkungkung anak dan mengisolasinya dari perkembangan zaman. Sementara itu, di satu sisi, ada orang tua yang membiarkan anaknya tumbuh berkembang sesuai zaman yang berlangsung tanpa melakukan kontrol.

Orang tua tidak bisa menjaga dan mendampingi anak-anaknya terus menerus, oleh karena itu hal yang bisa dilakukan oleh orang tua adalah membekalinya dengan nilai-nilai dan norma yang dapat membentengi anak dari pengaruh negatif perkembangan teknologi. Kita harus ingat bahwa tingkah laku anak dipengaruhi oleh setiap tindakan dan perkataan orang tua. Selain dengan memberikan pengajaran, orang tua juga harus menjadi teladan, sebagai bukti konkrit pengajaran yang disampaikan kepada anak-anaknya. 

Orang tua harus menyadari bahwa Indonesia dengan keberagamannya tentu membutuhkan sikap dan perilaku toleransi sebagai kunci untuk meningkatkan persatuan dan kesatuan serta mencegah perpecahan masyarakat, bangsa dan negara Indonesia. Setiap individu diharapkan dapat mengaplikasikan perilaku toleran terhadap keberagaman suku, agama, ras, budaya dan antargolongan.

Pembelajaran multikultural perlu dikembangkan pada pendidikan anak usia dini sebab melalui pembelajaran multikultural dapat ditanamkan jiwa nasionalisme, menghargai perbedaan, menghormati perbedaan, berpikiran global dalam konteks masyarakat Indonesia. Pembelajaran multikultural akan menjadi fondasi kokoh sikap toleransi anak bangsa.

Orang tua dapat memanfaatkan teknologi informasi sebagai sarana pembelajaran multikultural dengan cara mendampingi anak ketika menonton film animasi atau tayangan youtube atau platform media sosial lainnya sambil memberi pemahaman dan memperkenalkan keberagaman budaya, agama, etnik, dan bahasa di Indonesia. Orang tua juga dapat memilah tontonan yang menyenangkan namun syarat akan nilai-nilai multikulturalisme.

Orangtua juga dapat menerapkan nilai multikultutalisme melalui sikap positif dengan cara memberi contoh meniru dari orang sekitar, saat bertemu orang yang berbeda fisik maupun berbeda status sosial, anak diberi pemahaman. Anak diajak untuk berbuat baik pada tetangga, tidak boleh mengejek dan menjelekkan budaya dan agama yang berbeda. 

Dengan berkunjung ke tetangga, kita juga dapat pembelajaran mengenai nilai toleransi saat mendapati symbol Tuhan yang berbeda di rumah tetangga bahwa setiap orang memiliki keyakinan yang berbeda-beda. Hal tersebut merupakan tindakan pembelajaran yang mengaitkan lingkungan keluarga dan sosial. Ini sangat berpengaruh pada proses pembelajaran anak karena anak melihat contoh nyata dan anak juga mencerna serta berfikir mana yang harus ia lakukan dari praktek secara langsung dengan melihat dan meniru tindakan orang tua.

Yang terpenting adalah anak dikenalkan akan ketauhidan (Siapa Penciptanya), untuk apa ia diciptakan. Orang tua juga harus mengenal Al Qur'an sebagai pedoman untuk membentuk moral dan akhlak anak menjadi manusia berakhakul karimah dan juga anak harus dikenalkan akan sosok mulia Nabi Muhammad SAW sebagai panutan bagaimana berakhlakul karimah yang diajarkan Allah SWT. Jika anak sudah mengenal Tuhannya maka ia akan mengenal jati dirinya, melalui Al Qur'an dan Sunnah yang diwariskan Nabi Muhammad SAW, kita dapat menuju Sang Maha Pencipta. Namun sekali lagi orang tua harus mengawal pembelajaran agama anak-anaknya jangan sampai anak salah jalan dan menjadi radikal.

Dan terakhir, orang tua haruslah mengiringi pembelajaran, pemahaman, pendidikan yang dilakukannya dengan doa, karena Sang Maha Pencipta yang menguasai hati hamba-hambanya, Dia yang Maha Membolak-balikkan hati hamba-hambaNYa, Dia juga yang Maha Kuasa menentukan siapa yang akan diberikan petunjuk dan hidayahNya. "Hidup ini terlalu berat untuk mengandalkan diri sendiri tanpa melibatkan bantuan Tuhan dan orang lain, karena hakikatnya seorang manusia itu saling membutuhkan satu sama lain."




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline