Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Ricky Perdana

gemar travelling, fotografi dan menulis

Ormas Harus Aktif Tangkal Bibit Radikal

Diperbarui: 7 Desember 2019   15:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lawan Radikalisme - jalandamai.org

Seiring dengan perkembangan zaman dan perkembangan demokratisasi di Indonesia, telah melahirkan banyak organisasi di tengah masyarakat. Mulai organisasi kecil hingga besar. 

Organisasi di level kampong hingga level nasional. Keberadaan organisasi ini banyak muncul ketika era reformasi, setelah orde baru jatuh. Satu per satu organisasi terus bermunculan hingga saat ini. Kemunculan banyak organisasi ini sebenarnya merupakan indikasi yang positif. Masyarakat bisa menyalurkan aspirasi, argumentasi hingga kepentingannya dalam organisasi tersebut.

Di era kemerdekaan kti itu, masih sangat partial. Semua daerah punya kepentingan masing-masing. Akibatnya penjajah ketika itu berhasil memecah belah masyarakat, dengan politik adu dombanya. Karena terpecah belah itulah, Indonesia sulit mendapatkan kemerdekaannya dan harus menjalani penjajahan selama ratusan tahun. 

Ketika sadar bahwa semuanya hanya bisa dicapai dengan bersatu, masyarakat pun ketika itu menyatakan perlu dibentuk organisasi. Maka lahirlah organisasi Boedi Oetomno, yang telah melahirkan para pendiri bangsa ini negeri ini. Bangkitnya generasi pemuda kita itu juga didorong dari hasil dialektifika melalui organisasi.

Hingga saat ini, organisasi baru bermunculan. Namun, tidak semua organisasi mempunyai tujuan mulia. Tidak semua organisasi mempunyai tujuan yang baik. 

Pernah kejadian ada sebuah organisasi ekstra kampus, yang secara sengaja dan sembunyi menyuarakan dukungannya terhadap paham khilafah. Kenapa hal ini bisa terjadi? Mari kita introspeksi bersama. Kenapa organisasi ekstra kampus bisa disusupi paham radikalisme?

Tidak hanya itu, ada juga organisasi yang cenderung melakukan bibit intoleransi. Ada organisasi masyarakat yang seringkali main hakim sendiri, merasa kelompoknya bagian dari penegak kebenaran. 

Kelompok ini semacam ini nyatanya ada di beberapa kota besar. Ada juga organisasi masyarakat lokal, yang menjadi penguasa lokal, dan juga berpotensi melakukan persekusi jika merasa diganggu. 

Organisasi semacam inilah yang akan dengan mudah disusupi paham radikalisme. Dalam perkembangannya, organisasi semacam ini juga berpotensi tidak mengakui Pancasila sebagai dasar negara.

Pada Agustus 2019 lalu, survei yang dilakukan Cyrus Network menunjukkan ada lima organisasi yang dianggap bertentangan dengan Pancasila yang ada di Indonesia. 

Diantaranya adalah ada FPI yang menduduki peringkat keempat dibawah Parta Komunis Indonesia dan Hizbut Tahrir Indonesia. Yang menduduki peringkat pertama berdasarkan survei adalah ISIS. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline